LAPORAN
RESMI
PRAKTIKUM
KIMIA DASAR I
STANDARISASI
LARUTAN NaOH 0,1M DAN PENGGUNAANNYA DALAM PENENTUAN KADAR ASAM CUKA PERDAGANGAN
A.
Tujuan
1. Menentukan
molaritas larutan NaOH dengan larutan standar asam oksalat
2. Menetapkan
kadar asam cuka perdagangan
B.
Dasar Teori
Titrasi
adalah cara analisis yang memungkinkan untuk mengukur jumlah yang pasti dari
suatu larutan dengan mereaksikan dengan suatu larutan lain yang konsentrasinya
diketahui. Reakasi penetralan asam-basa dapat digunakan untuk menentukan kadar
atau konsentrasi larutan, khususnya yang terkait dengan reaksi asam-basa. Kadar
larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa yang diketahui
kadarnya, begitu juga sebaliknya. Proses penetapan banyaknya suatu larutan
dengan konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap
dengan sejumlah contoh tertentu yang akan dianalisis (Chang, 2004).
Asidimetris
dan alkalimetri adalah salah satu cara analisis kuantitatif volumetrik
berdasarkan reaksi asam-basa secara titrasi. Kedua analisis tersebut dibedakan
pada larutan standar yang digunakan. Asidimetri merupakan penentu konsentrasi
atau kadar larutan suatu basa dengan larutan standar yang digunakan asam,
sebaliknya alkalimetri merupakan penentu konsentrasi atau kadar suatu larutan
asam dengan larutan standar yang digunakan basa (J. Basset, 1978).
Studi
kuantitatif mengenai reaksi penetralan asam-basa yang paling nyaman apabila
dilakukan menggunakan prosedur yang disebut titrasi (titration). Dalam
percobaan titrasi, suatu larutan yang konsentrasinya diketahui secara pasti
disebut sebagai larutan standar (standar solution), ditambah secara bertahap ke
larutan lain yang konsentrasinya tidak diketahui, sampai reaksi kimia antara
kedua larutan tersebut berlangsung sempurna (Chang, 2004).
Dalam
titrasi asam-basa, indikator zat adalah zat yang memiliki perbedaan warna yang
mencolok dalam medium asam-basa, salah satu indikator yang umum digunakan
adalah fendftalein yang tidak berwarna dalam larutan asam dan netral, tapi berwarna merah muda pada
larutan basa (Chang, 2004).
Larutan
baku adalah larutan zat yang konsentrasinya diketahui dengan pasti. Larutan
baku (standar) dibagi menjadi 2 macam yaitu :
1. Larutan
baku primer dibuat dengan cara menimbang zat murni dan dilakukan sampai volume
tertentu
2. Larutan
baku skunder konsentrasinya ditentukan dengan cara menitrasi dengan larutan
baku primer
Syarat-syarat
zat baku primer:
a. Zat
harus murni dan mempunyai rumus molekul yang pasti
b. Zat
murni mudah dikeringkan, tidak menyerap H2O atau udara CO2
dari udara dan mudah ditimbang
c. Zat
mempunyai ekuivalen yang tinggi
d. Larutan
zat harus stabil
Dalam
suatu zat larutan tidak semua zat dapat dibuat larutan dengan kemolaran yang
akurat. Salah satu diantaranya adalah larutan NaOH. Sifat kristal NaOH yang
bersifat hogrokopis (menyerap air) dan mengikat karbondioksida dari udara.
Sifat ini akan mempengaruhi ketelitian penimbang kristal yang akan dilarutkan
dan selanjutya mempengaruhi akurasi kemolaran larutan. Larutan ini harus
distandarisasikan sebelum digunakan dalam kerja analitis yang memerlukan
keakuratan (Drs. H. Saefudin Suwarsa, Ms, 2004).
Beberapa
contoh larutan indikator antara lain adalah fenolptalin (pp) yang memberi warna
pink dalam lingkungan basa dan tidak berwarna dalam lingkungan asam. Perubahan
warna indikator ini terjadi pada rentang PH tertentu disebut trayek PH, sebagai
contoh indikator PP memiliki trayek PH : 8,0 – 9,6 (Rubinson, Judith F &
Rubinson, kenneth, 1998).
Analisis
volumetri merupakan analisis untuk menentukan jumlah zat yang tidak diketahui
dengan mengukur volume larutan reakan yang dibutuhkan agar bereaksi sempurna. Proses
mengukur volume larutan dibawah buret (konsentrasi diketahui) yang ditambahkan
ke dalam larutan lain dan diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna
disebut titrasi. Dahulu, orang mengenal analisis ini dengan nama analisis
volumetri. Sekarang, nama analisis volumetri digantikan dengan analisis
titrimetri karena analisis titrimetri lebih tepat untuk menyatakan proses
titrasi (Maria Suharsini & Dyah Saptarini, 2007).
Larutan
standar adalah larutan yang diketahui konsentrasinya dan digunakan untuk
analisis titrimetri. Saat larutan tepat bereaksi dengan larutan yang dititrasi
dinamakan titik ekuivalen. Titik ekuivalen disebut juga titik stoikiometri.
Titik ekuivalen dapat dikeahui dengan perubahan warna larutan indikator yang
ditambahkan ke dalam larutan yang dititrasi saat proses titrasi berlangsung.
Saat larutan indikator tersebut menalami perubahan warna dinamakan titik akhir
(Maria Suharsini &Dyah Saptarini, 2007).
Natrium
hidroksida adalah salah satu basa yang umum digunakan dilaboratorium. Namun
demikian, karena padatan natrium hidroksida sulit diperoleh dalam keadaan
murni, larutan natrium hidroksida harus distandarisasi terlebih dahulu sebelum
digunakan dalam kerja analitis yang memerlukan keakuratan. Untuk itu dapat
distandarisasi larutan narium hidroksida dengan mentitrasinya menggunakan
larutan asam yang sudah diketahui konsentrasinya secara tepat. Asam yang sering
digunakan untuk analisis ini adalah suatu asam monoprotik yang disebut kalium
hidrogen flatat (KHP), yang memiliki rumus molekul KHC8H4O4.
KHP adalah zat padat berwarna putih yang dapat larut yang secara komersial
tersedia dalam keadaan murni. Reaksi antara KHP dan natrium hidroksida adalah
KHC8H4O4(aq)
+ NaOH(aq) → KNaC8H4O4 (aq) + H2O
(l)
Persamaan
ionik totalnya adalah
HC8H4O4-
(aq) + OH-(aq) → C8H4O22-(aq)
+H2O (l)
(Chang,
2004)
Ion
asetat akan terhidrolisis oleh molekul air, menghasilkan molekul asam asetat
dan ion hidroksi. Oleh karena itu larutan garam dari basa kuat dan asam lemah
seperti natrium asetat, akan bersifat basa dalam air (PH>7). Apabila garam
tersusun dari basa lemah dan basa kuat, larutan dalam air akan bersifat asam
(PH<7). Sedangkan garam yang tersusun dari basa dan asam kuat, larutan air
akan bersifat netral (PH=7). Hidrolisis hanya terdapat asam lemah, adapun reaksi ion asetat akan terhidrolisis air
CH3COO-(aq)
+ H2O (l) → CH3COOH(aq) + CH+(aq)
(Chang,
2004)
Pada
analisis asam asetat dalam cuka perdagangan akan diperoleh informasi apa kadar
yang tertulis pada etiket sudah atau tidak menipu. Analisis dilakukan dengan
mentitrasi larutan asam asetat perdagangan dengan larutan NaOH standar
CH3COOH
(aq) + NaOH(aq)→ CH3COONa(aq) +H2O(l)
(Drs.H.
Saefudin Suwarsa, MS, 2004).
Asam
lemah adalah molekul asam yang terionisasi sebagian kecil didalam air. Contoh
asam lemah CH3COOH (asam asetat) (Maria Suharsini &Dyah
Saptarini, 2007).
C.
Alat dan Bahan
Alat
terdiri dari labu ukur 100 ml, buret 50 ml, Erlenmeyer dan pipet ukur. Bahan
terdiri dari asam oksalat, larutan NaOH, asam cuka perdagangan, indikator PP.
D.
Cara Kerja
1. Menentukan
Molaritas NaOH
Ditimbang 1,26 g asam oksalat, kemudian
dimasukan ke dalam labu ukur 100 ml dan ditambah dengan air suling hingga
volume tepat 100 ml. Setelah dilarutkan, asam oksalat diambil 10 ml dimasukan
ke dalam erlenmeyer dan ditambah dua tetes indikator PP. Untuk NaOH dimasukan
ke dalam buret, setelah itu dilakukan titrasi tiga kali.
2. Penetapan
Kadar Asam Cuka Perdagangan
Diambil 10 ml larutan cuka perdagangan
dengan pipet ukur kemudian dimasukan dalam labu ukur kapasitas 100 ml dan
diencerkan hingga volume 100 ml. Diambil 10 ml larutan encer, dimasukan kedalam
erlenmeyer ukuran 125 ml dan ditambah 2 tetes indikator PP. Larutan ini
dititrasi dengan larutan NaOH standar hingga terjadi perubahan warna. Kemudian
dilakukan titrasi sebanyak tiga kali. Setelah selesai buret dicuci dengan asam
pencuci (sisa asam asetat perdagangan).
E.
Hasil Pengamatan
1. Pengamatan
1
|
Titrasi I
|
Titrasi II
|
Titrasi III
|
Vrata-rata
|
V(NaOH)
|
20 ml
|
19,7 ml
|
19,9 ml
|
18,53 ml
|
V(H2C2O4.
2H2O
|
10 ml
|
10 ml
|
10 ml
|
10 ml
|
2. Pengamatan
2
Merk asam cuka yang dipakai
|
Titrasi I
|
Titrasi II
|
Titrasi III
|
Vrata-rata
|
V(NaOH)
|
7,6 ml
|
6,1 ml
|
8,9 ml
|
7,53 ml
|
V(CH3COOH)
|
10 ml
|
10 ml
|
10 ml
|
10 ml
|
Molaritas NaOH dan kadarnya CH3COOH
Molaritas NaOH sebenarnya
Mseb . Vseb = M
(NaOH) . V (NaOH encer)
Mseb = M (NaOH) . V (NaOH
encer) / Vseb
=
0,1 . 18,53100/ 10 = 0,1853M
Menentukan kadar CH3COOH = (
M(CH3COOH) . Mr / 10 )
gr/100m
= (0,753 . 60/ 10) gr/100m
= 4,518 gr/100m
F.
Pembahasan
Suatu
cara analisis yang memungkinkan untuk mengukur jumlah yang pasti dari suatu
larutan dengan mereaksikan dengan suatu larutan lain yang konsentrasinya
diketahui disebut dengan titrasi (reaksi penetralan asam-basa). Inilah yang
menjadi konsep dasar dalam percobaan ini yang berjudul standarisasi larutan
NaOH 0,1M dan penggunaannya dalam kadar asam cuka perdagangan, yang mempunyai
tujuan menentukan molaritas larutan NaOH dengan larutan standar asam oksalat
dan menetapkan kadar asam cuka perdagangan.
Langkah
dalam percobaan ini adalah penentuan molaritas NaOH. Dimana, dalam percobaan
ini disediakan bahan asam oksalat dalam bentuk padatan, yang harus ditimbang
terlebih dahulu, barulah padatan asam oksalat tersebut dilarutkan. Dalam
standarisasi ini digunakan asam oksalat karena zat yang digunakan sebagai
standar harus zat standar primer karena memiliki kemurnian yang tinggi.
Kemudian jumlah massa atau gram padatan serta volume air yang digunakan untuk
melarutkan dipakai untuk menentukan konsentrasi larutan asam oksalat dengan
konsep molaritas. Dengan selesainya proses titrasi, volume larutan diukur,
kemudian digunakan suatu konsep pada saat OH-(basa) dari NaOH dan H+
(asam) dari asam oksalat tepat saling menetralkan. Dengan demikian diketahui
nilai konsentrasi larutan NaOH. Larutan NaOH yang telah distandarisasi
digunakan untuk menghitung massa molar asam yang tidak diketahui. Dalam
percobaan ini akan terjadi perubahan warna antara larutan asam oksalat ditambah
indikator PP yang tetap berwarna bening, yang kemudian dimasukan beberapa tetes
NaOH yang berubah warna menjadi merah muda. Persamaan reaksi untuk H2C2O4
dan NaOH sebagai berikut:
H2C2O4(aq)
+ 2NaOH (aq) → Na2C2O4(aq) + 2H2O(l)
Pada
persamaan reaksi tersebut, ada 2 mol ion
H+ yang dihasilkan dari setiap mol H2C2O4
(karena 1 mol ion H+ digunakan oleh 1 mol NaOH). Untuk itu dapat
digunakan menghitung mol asam dari massa H2C2O4.
2H2O yang digunakan dalam reaksi. Hal ini berhubungan dengan jumlah
NaOH secara stokiometri, yaitu 2 mol NaOH dengan mol NaOH yang diketahui dan
volumenya yang digunakan untuk melakukan titrasi.
Langkah
berikutnya adalah menentukan kadar asam cuka perdagangan, yang proses kerjanya juga
sama dengan proses titrasi asam-basa. Pada percobaan kedua ini NaOH digunakan
sebagai larutan standar sekunder karena sudah distandarisasikan pada percobaan
1. Konsep perhitungannya sama dengan titrasi yang seperti biasanya, hanya ada
perbedaan di akhir perhitungan yaitu melibatkan Mr asam cuka perdagangan
tersebut. Adapun persamaan reaksinya adalah
CH3COOH
(aq) + NaOH(aq)→ CH3COONa(aq) +H2O(l)
Titrasi
asam asetat atau asam cuka (CH3COOH) dengan larutan natrium
hidroksida (NaOH) sebagai larutan standar akan menghasilkan garam CH3COONa
yang berasal dari sisa asam lemah dan basa kuat yang kemudian terhidrolisis.
Reaksi hidrolisis merupakan reaksi keseimbangan seperti reaksi diatas.
Pada
titrasi ini sebagian asam aasetat (asam cuka) dan basanya akan tinggal dalam
larutan. Saat titik ekuivalen (titik akhir titrasi) terjadi, banyaknya asam
asetat (asam cuka) dan NaOH bebas adalah sama, tetapi karena asam asetat
termasuk elektrolit lemah maka ion H+ yang dibebaskan sangat sedikit
dan akan lebih banyak tinggal sebagai molekul CH3COOH. Sedangkan
basa bebasnya (NaOH) merupakan elektrolit kuat yang hampir terionisasi
sempurna, membebaskan ion hidroksil (OH-) dalam larutan. Hal ini
mengakibatkan titrasi akan berakhir pada PH diatas 7 dimana bersifat basa. Hal
ini mengakibatkan indikator PP bila diteteskan akan menghasilkan warna merah
muda. Fungsi indikator disini untuk mengetahui titik akhir titrasi. Jika
indikator yang digunakan tepat, maka indikator tersebut akan berubah warnanya
pada titik akhir titrasi.
Pemilihan
indikator yang tepat merupakan syarat utama saat titrasi. Jika idikator yang
digunakan berubah warna pada saat titik ekuivalen, maka titik akhir titrasi
akan sama dengan titik ekuivalen. Akan tetapi, jika perubahan warna indikator
terleak pada PH dimana zat penitrasi sedikit berlebih, maka titik akhir titrasi
tersebut berbeda dengan titik ekuivalen. Indikator yang lebih dianjurkan yaitu
fenolftalein (PP) karena memberikan perubahan warna yang lebih jelas yaitu
warna merah muda dari yang tidak berwarna (trayek PH: 8,2 – 10,0).
G.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil perhitungan dan pengolahan data kuantitatif dari percobaan yang telah
dilakukan dapat diketahui bahwa :
1. Molaritas
larutan NaOH adalah 0,1M
2. Kadar
asam cuka perdagangan adalah 4,518 gr/100 ml
H.
Daftar Pustaka
Baset,
J. 1978. Vogel’s texbook of quantitative
Inorganic Analysis. Great Britian :
Longman Group.
Chang,
Raymond. 2004. KIMIA DASAR Konsep-Konsep
Inti Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Rubinson,
Judith F & Rubinson, Keneth A. 1998. Contemporary
Chemical Analysis.
USA : Preitice –
Hallinc.
Suharsini,
Maria & Sptarini, Dyah. 2007. Kimia
dan Kecakapan Hidup Pelajaran Kimia
Untuk SMA/MA.
Jakarta : Ganeca Exact.
Suwarsa,
saefudin. 2008. KI – 2122 Kimia Analitik
Untuk Sains Dan Teknik. Bandung :
ITB.
I.
Lampiran
Hasil
Perhitungan
1. Penentuan
Molaritas NaOH
-
Molaritas oksalat = gram/Mr x 1000/r
= 1,26/126 x 1000/100
= 0,01 x 10
= 0,1 M
Keterangan : r
= 100 ml, Mr H2C2O4. 2H2O =126
Vrata-rata NaOH = 19,87 ml
-
Voksalat . Moksalat
. noksalat = VNaOH .MNaOH . nNaOH
10 ml . 0,1 M . 2 = 19,87 ml . MNaOH . 1
MNaOH = 2 ml M/19,87 ml = 0,1
M
2. Penentuan
Kadar CH3COOH
Keterangan Vrata-rata NaOH =
7,53 ml
-
V(CH3COOH) . M(CH3COOH)
. n(CH3COOH) = VNaOH .MNaOH . nNaOH
10 ml . M(CH3COOH) . 1 = 19,87 ml . 0,1M . 1
M(CH3COOH) = 7,53 ml . 0,1M/10
ml = 0,0753 M
-
M(CH3COOH) sebenarnya
M1. V1 = M2
. V2
M1 = (M2 . V2
)/ V1
= (0,0753 M .
100 ml)/ 10 ml = 0,753M
-
Kadar CH3COOH
= M1 . Mr (CH3COOH)/
10 gr/100ml
= 0,753 . 60/10 gr/100ml
= 4,518 gr/100 ml
No comments:
Post a Comment