LAPORAN
RESMI
PRAKTIKUM
KIMIA FISIKA II
ISOTERM
ADSORPSI ZAT WARNA OLEH KARBON AKTIF
- Tujuan Percobaan
1.
Menentukan
model yang sesuai untuk adsorpsi zat warna oleh karbon aktif
2.
Menghitung
kapasitas adsorpsi oleh karbon aktif
- Dasar
Percobaan
1.
Adsorpsi
Adsorpsi adalah
peristiwa penyerapan molekul-molekul cairan atau gas pada permukaan adsorban,
hingga terjadi perubahan konsentrasi pada cairan atau gas tersebut. Zat yang
diserap disebut adsorbat, sedangkan zat yang menyerap disebut adsorban contoh
dari peristiwa adsorpsi adalah larutan asam asetat diadsorbsi oleh karbon. Ada
dua tipe adsorpsi, dimana perbedaan antara kedua tipe adsorpsi ini ditentukan
oelh panas reaksi yang terlibat dalam proses adsorpsi tersebut (Sukardjo,
1990). Kedua tipe reaksi tersebut adalah :
a.
Adsorpsi
secara fisika : adsorpsi secara fisika ini mempunyai karakteristik antara lain
panas reaksi yang rendah yaitu 10000 kal/mol atau kurang. Hal ini disebabkan
oleh ikatan yang terlibat dalam adsorbs itu ikatan yang lemah, yakni gaya Van
der Waals.
b.
Asorpsi
secara kimia : adsorpsi secara kimia ini melibatkan panas adsorpsi yang cukup
besar yaitu antara 10000 kal/mol sampai 20000 kal/mol. Hal ini disebabkan
adanya reaksi kimia yang biasanya terjadi dan menyebabkan adanya ikatan antara
adsorban dan adsorbat menjadi lebih kuat.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kapasitas adsorpsi antara lain, luas permukaan adsorben,
ukuran pori adsorben, kelarutan zat terlarut, PH dan temperature (Castellan,
1982).
2.
Isoterm
adsorpsi
Hubungan antara
jumlah substansi yang diserap oleh adsorban dan tekanan atau konsentrasi pada
kesetimbangan pada suhu konstan disebut adsorbs isothermis. Teori Langmuir dan
Freundlich yaitu dimana banyaknya zat yang diadsorpsi pada temperatur tetap
oleh suatu adsorban tergantung dari konsentrasi dan keaktifan adsorbat untuk
mengadsorpsi zat-zat tertentu. Hubungan dari jumlah zat teradsorpsi persatuan
luas atau satuan massa dan tekanan dinyatakan dengan persamaan Freundlich :
y = k P1/n………………………(1)
(Attkins, 1997)
Dimana : y =
berat atau volume zat yang teradsorbsi persatuan luas atau massa adsorban. P =
tekanan saat kesetimbangan tercapai k, n = konstanta. Untuk adsorbs solute yang
tidak melibatkan gas maka persamaan Freundlich menjadi :
y = k C1/n……………………..(2)
dimana : C
adalah konsentrasi solute saat kesetimbangan. Dikemukakan oleh Freundlich bahwa
isotherm ini pada adsorben mempunyai permukaan yang heterogen dan tiap molekul
mempunyai potensi penyerapan yang berbeda-beda. Persamaan (2) dapat dituliskan
dalam bentuk logaritma :
log10
y = 1og10 k + 1/n log10C (3)
jika kemudian
dibuat plot log10 C maka akan diperoleh garis lurus yang mempunyai
slope sebesar 1/n dan nilai tercepatnya
sebesar log10k. Disamping persamaan Freundlich terdapat persamaan
yang lebih baik untuk menyatakan adsorbs isothermis yaitu persamaan Langmuir.
Langmuir berpendapat bahwa gas diadsorbsi pada permukaan solid dan membentuk
tidak lebih dari satu lapis ketebalannya. Pada adsorbsi isothermis ini,
persamaan-persamaan yang digunakan dalam perhitungan diturunkan dari teori Langmuir,
dengan asumsi-asumsi :
a.
Seluruh
permukaan adsorban memilki aktivitas adsorbsi yang sama atau seragam
b.
Tidak
terjadi interaksi antara molekul-molekul adsorbat.
c.
Mekanisme
adsorbs yang terjadi seluruhnya sama
d.
Hanya
terbentuk satu lapisan adsorbat yang sempurna di permukaan adsorban.
Teori Langmuir
menggambarkan proses adsorbs terdiri dari dua proses berlawanan, yaitu
kondensasi molekul-molekul fase teradsorbsi menuju permukaan dan evaporasi/
penguapan molekul-molekul dari permukaan kembali kedalam larutan (Oscik, 1993).
Isoterm
Branauer, Emmet and Teller (BET), isoterm ini berdasarkan asumsi menyatakan
bahwa absorben mempunyai nilai permukaan yang homogen.Perbedaan isoterm ini
dengan Langmuir adalah BET berasumsi bahwa molekul-molekul adsorbat bias membentuk
lebih dari satu lapisan adsorbat dipermukaannya. Pada isoterm ini, mekanisme
adsorpsi untuk setiap proses adsorpsi berbeda-beda. Mekanisme yang diajukan
dalam isoterm ini adalah isoterm Langmuir biasanya lebih baik apabila
diterapkan untuk adsorpsi kimia, sedangkan isoterm BET akan lebih baik daripada
isoterm Langmuir bila diterapkan untuk adsorpsi fisik (Castellan, 1982).
3.
Karbon
aktif
Karbon aktif
merupakan senyawa karbon amorph dan berpori yang mengandung 85-95% karbon yang
dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon (batubara, kulit kelapa dan
sebagainya) atau dari karbon yang diperlukan dengan cara khusus baik aktivitas
kimia maupun fisika untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas. Karbon aktif
dapat mengadsorpsi gas dari senawa-senyawa kimia tertentu atau sifat
adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas
permukaan. Daya serap karbon aktif sangat besar, yaitu 25-1000% terhdap berat
karbon aktif. Karena hal tersebut maka karbon aktif banyak digunakan oleh kalangan
industry. Hampir 60% produksi karbon aktif didunia ini dimanfaatkan oleh
industri-industri gula dan pembersihan minyak dan lemak, kimia dan farmasi
(Sembiring, 2003)
Karbon aktif
dalam satu gram, pada umumnya memiliki luas permukaan seluas 500-1500 m2,
sehingga sangat efektif dalam menangkap partikel-partikel yang sangat halus
berukuran 0,01 – 0,0000001 mm. Karbon aktif bersifat sangat aktif dan akan
menyerap apa saja yang kontak dengan karbon tersebut. Dalam waktu 60 jam
biasanya karbon aktif tersebut menjadi jenuh dan tidak aktif lagi. Oleh karena
itu, biasanya karbon aktif di kemas dalam kemasan yang kedap udara. Sampai
tahap tertentu beberapa jenis karbon aktif dapat direaktivasi kembali, meskipun
demikian tidak jarang yang disarankan untuk sekali pakai. Reaktifasi karbon
aktif sangat tergantung dari metode aktivasi sebelumnya, oleh karena itu perlu
diperhatikan keterangan pada kemasan produk tersebut. (Chang, 2010)
4.
Zat
warna
Zat warna
merupakan suatu zat yang dapat menyerap suatu partikel warna dan lalu
memantulkannya kembali atau meneruskan warnanya dengan panjang gelombang
tertentu sehingga mempunyai warna yang khas. Zat-zat warna dapat diperoleh dari
tanaman maupun hewan tetapi ada pula yang dapat disintesis. Banyak sekali
zat-zat warna yang biasa digunakan dalam kehidupan kita sehari-hari, misalnya
pada industry tekstil, kertas, plastik, makanan, kosmetik dan sebagainya, dan
salah satu contoh zat warnanya adalah rhodamin B (http://sci-crime.com,
2010).
Zat-zat warna
tersebut dapat diabsorpsi untuk menjelaskan bahwa ada konsentrasi yang lebih
besar dari molekul yang teradsorpsi pada permukaan padatan daripada dalam fase
gas atau dalam badan larutan. Beberapa contoh adsorben yang umum digunakan
adalah karbon aktif, silica gel, alumina, zeolite dan penyaring molekul. Limbah
zat warna yang dibuang kesungai akan sangat mengganggu aktivitas biologi yang
ada, kualitas air tanah juga akan terpengaruh karena adanya zat warna. Adsorpsi
zat warna oleh adsorben telah banyak dilakukan dalam kehidupan sehari-hari
misalnya saja dalam penanganan limbah cair yang mengandung zat warna berbahaya
dan besifat karsinogenik (http://sci-crime.com,
2010).
Rhodamin B
adalah pewarna sintetis yang digunakan pada industri tekstil dan kertas
Rhodamin B berbentuk serbuk kristal merah keunguan dan dalam larutan akan
berwarna merah terang berpendar. Zat itu sangat berbahaya jika terhirup,
mengenai kulit, mengenai mata dan tertelan. Dampak yang terjadi dapat berupa
iritasi pada saluran pernapasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, iritasi
pada saluran pencernaan dan bahaya kanker hati. Apabila tertelan dapat
menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan dan air seni akan berwarna merah
atau merah muda. Penyebarannya dapat menyebabkan gangguan fungsi hati dan
kanker hati. Penyalahgunaan rhodamin B untuk pewarna makanan telah ditemukan
untuk beberapa jenis pangan seperti kerupuk, terasi dan jajananyang berwarna
merah terang. Ciri-ciri makanan yang mengandung pewarna rhodamin B antara lain
makanan berwarna merah mencolok dan cenderung berpendar serta banyak memberikan
titik-titik warna karena tidak homogen. (http://sci-crime.com,
2012)
- Alat dan
Bahan
Alat yang
digunakan dalam percobaan ini antara lain: kuvet spektronik, Erlenmeyer 125 ml,
labu ukur 50 ml, labu ukur 100ml, gelas piala 50ml, corong gelas kecil, gelas
arloji, pipet ukur 10ml, bola hisap, rak kuvet, aluminium foil, kertas saring,
botol aquades, sendok ungu, label, spatula, pipet ukur 25ml, spektronik 20D,
shaker dan gelas beker 150ml.
Bahan yang
digunakan dalam percobaan ini antara lain: zat warna, karbon aktif dan aquades.
- Cara Kerja
Langkah pertama
dari adsorpsi isothermal ini adalah pengenceran 0,01 gram azt warna ke dalam
labu ukur 100 ml untuk konsentrasi 100 ppm, yang akan diambil 5 ml, 10 ml, 15
ml, 20 ml dan 25 ml, dimana dari pengambilan tersebut akan diencerkan kembali
ke dalam labu ukur 100 ml untuk konsentrasi 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm dan
25 ppm. Larutan dari ke-lima konsentrasi dimasukkan karbon aktif masing-masing
sebanyak 1 gram. Larutan kemudian diaduk dengan alat shaker selama 30 menit.
Baru kemudian larutan disaring dengan kertas saring, hasil saringan dimasukan
ke dalam kuvet untuk dihitung nilai adsobansi dari masing-masing konsentrasi
dengan menggunakan panjang gelombang yang dimiliki zat warna. Setiap pengukuran
adsorbansi dari masing-masing konsentrasi, selalu digunakan blanko terlebih
dahulu.
Langkah kedua
pada pembuatan kurva kalibrasi ini adalah dengan pengambilan larutan 10 ml dari
sisa larutan labu ukur 100 ml untuk konsentrasi 100 ppm di atas. Larutan 10 ml
diencerkan ke dalam labu ukur 100 untuk konsentrasi 10 ppm. Konsentrasi 10 ppm
dari labu ukur 100 ml ini diambil sebanyak 2,5 ml, 5 ml, 10 ml, 20 ml dan 40 ml
yang akan diencerkan ke dalam labu ukur 50 ml untuk mendapatkan konsentrasi 0,5
ppm, 1 ppm, 2 ppm, 4 ppm dan 8 ppm. Ke lima konsentrasi tersebut yang telah
siap, diukur nilai absorbansinya. Setiap pengukuran absorbansi dari masing-masing
konsentrasi, selalu digunakan larutan blanko terlebih dahulu.
- Data
Pengamatan
1.
Tabel
a.
Tabel
1. Kurva kalibrasi
No.
|
Konsentrasi
(ppm)
|
Absorbansi
|
1
|
0,5
|
0,004
|
2
|
1
|
0,01
|
3
|
2
|
0,028
|
4
|
4
|
0,053
|
5
|
8
|
0,105
|
b.
Tabel
2. Absorpsi isothermal
No.
|
Massa
Absorban (g)
|
Konsentrasi
awal (ppm)
|
Absorbansi
|
1
|
1
|
5
|
0,066
|
2
|
1
|
10
|
0,128
|
3
|
1
|
15
|
0,185
|
4
|
1
|
20
|
0,276
|
5
|
1
|
25
|
0,305
|
c.
Tabel
3. Isoterm langmuer
No.
|
Konsentrasi
awal (Co)
|
Konsentrasi
sampel (Ce)
|
Qe
|
Ce/Qe
|
1
|
5
|
5,153846154
|
0,015384615
|
335
|
2
|
10
|
9,923076923
|
0,007692308
|
1290
|
3
|
15
|
14,30769231
|
0,069230769
|
206,6667
|
4
|
20
|
21,30769231
|
0,130769231
|
162,9412
|
5
|
25
|
23,53846154
|
0,146153846
|
161,0526
|
d.
Tabel
4. Isoterm Freundlich
No.
|
Konsentrasi
(ppm)
|
Absorbansi
|
1
|
0,71213145
|
-1,812913357
|
2
|
0,996646358
|
-2,113943352
|
3
|
1,155569592
|
-1,159700843
|
4
|
1,328536417
|
-0,883494431
|
5
|
1,371778074
|
-0,835189751
|
2.
Grafik
a.
Grafik
1. Kalibrasi table 1a. Konsentrasi vs Absorbansi
b.
Grafik
2. Langmuer table 3. Ce vs Ce/Qe
c.
Grafik
3. Freundlich table 4. Log Ce vs Log Qe
- Pembahasan
Percobaan kali
ini berjudul isoterm adsorpsi zat warna oleh karbon aktif yang bertujuan dalam
menentukan model yang sesuai untuk adsorpsi zat warna oleh karbon aktif dan
untuk menghitung kapasitansi adsorbs oleh karbon aktif. Pembahasan kali ini
berkaitan dengan pembuatan kurva kalibrasi dengan model adsorpsi yang sesuai
bagi zat warna menggunakan karbon aktif.
Reaksi adsorpsi
yang dilakukan dalam pembuatan kurva kalibrasi untuk konsentrasi 0,5, 1, 2 dan
4 ppm digunakan sebagai larutan standar yang berfungsi untuk perbandingan
adsorbansi dari larutan contoh dengan konsentrasi 1, 5, 10, 15 dan 20 ppm yang
berwarna merah. Pengenceran larutan dimulai dari konsentrasi yang lebih rendah
ke konsentrasi yang lebih tinggi agar konsentrasi yang sebenarnya dari larutan
tidak jauh atau melenceng dari konsentrasi yang diinginkan, apabila dimulai
dari konsentrasi yang lebih besar dikhawatirkan dapat mempengaruhi konsentrasi
yang lebih kecil karena sesungguhnya prinsip dari pengenceran adalah
ketelitian, begitu juga dengan pemasukan larutan dalam kuvet untuk perhitungan
nilai adsorbansi yang dilakukan secara bergantian yang dimulai dari konsentrasi
lebih rendah terlebih dahulu. Penimbangan karbon aktif dibungkus dengan
aluminium foil yang bertujuan agar karbon aktif tidak menyerap zat lain yang
dapat mempengaruhi perubahan massa dari zat yang diserap nantinya. Karbon aktif
dimasukan ke dalam masing-masing Erlenmeyer dan dikocok dengan alat shaker
secara bersamaan selama 30 menit yang bertujuan untuk mengetahui daya adsorpsi
dari karbon aktif terhadap zat warna pada waktu yang sama, sehingga daya
adsorpsi pada konsentrasi yang bervariasi dapat dibandingkan yang selanjutnya
ditentukan metode yang sesuai dari percobaan ini. Saat pengocokan dengan alat
shaker Erlenmeyer ditutup dengan aluminium foil yang bertujuan agar tidak ada
larutan yang keluar pada saat pengadukan.
Sementara
menunggu larutan contoh, adsorbansi larutan standar yang telah diencerkan
sesuai dengan konsentrasi masing-masing diukur nilai adsorbansinya dengan alat
spektronik 20D, dengan didahului larutan blanko berupa larutan aquades. Larutan
blanko ini berfungsi sebagai penstabil dengan angka nol atau alat pengkalibrasi
pada pengukuran panjang gelombang, panjang gelombang yang digunakan pada
spektronik 20D ini sebesar 510nm. Panjang gelombang ini sesuai dengan panjang
gelombang zat warna yang pakai. Saat pemasukan kuvet dianjurkan kuvet dilap
dengan tisu agar tidak ada bekas jari yang menempel pada dinding luar kuvet.
Hal ini dapat menyebabkan kesalahan pada pembacaan pada panjang gelombang pada
spektronik 20D. Data table 1a diperoleh hasil bahwa pada konsentrasi 0,5, 1, 2
dan 4 ppm ini terjadi peningkatan nilai adsorbansi, yang sesuai dengan
pernyataan yaitu semakin besar konsetrasinya maka nilai adsorbansinya juga
semakin besar.
Larutan contoh
setelah dihentikan pengadukan dan larutan didiamkan sebentar agar karbon aktif
pada larutan dapat mengendap pada dasar Erlenmeyer. Sehingga apabila larutan
disaring dengan kertas saring karbon aktif tidak ikut tersaring. Larutan kemudian
disaring menggunakan kertas saring, alasan menggunakan kertas saring daripada
corong bucher, supaya warna karbon aktif tidak ikut tersaring. Selain itu
kertas saringan dari larutan harus dibuang untuk menghindari penyerapan zat
warna pada kertas saring. Pengukuran yang telah dilakukan diperoleh data dengan
adsorbansi yang meningkat sesuai dengan peningkatan konsentrasi dari
konsentrasi 1, 5, 10, 15, 20 dan 25 ppm yang dapat dilihat pada table 1b.
Kurva kalibrasi
yang telah dibuat dari larutan standar dapat dilihat pada grafik 2a. Grafik
tersebut memiliki persamaan garis y = 0,013x – 0,001, dari persamaan ini dapat
dihitung konsentrasi larutan adsorbansi yang dilambangkan dengan simbol Ce.
Selain itu efektifitas adsorpsi juga dapat dihitung dengan dilambangkan symbol
(Qe), dapat dilihat pada table 1c. Tabel 1c dapat dibuat grafik hubungan Ce vs
Ce/Qe berupa grafik isothermal Langmuer. Grafik tersebut mempunyai persamaan
yaitu y = -30,77x + 888,0 dengan R2 = 0,237. Baru kemudian data
table 1c dapat digunakan untuk menghitung log Ce dan log Qe yang dapat dilihat
pada table 1d. Tabel 1d selanjutnya digunakan untuk membuat grafik isothermal
Freundlich, sehingga grafik tersebut mempunyai persamaan y = 1,783x – 3,346
dengan R2 = 0,699 yang dapat dilihat pada grafik 2c.
Data dari kedua
grafik isotermal di atas, didapatkan hasil perhitungan kapasitas adsorpsi pada
isothermal langmuer dengan nilai yang lebih kecil daripada isothermal
freundlich yaitu sebesar -0,0325 mg/g dan 4,51 x 10-4 mg/g. Selain
itu nilai R2 = 0,699 untuk isothermal freundlich lebih besar
daripada nilai R2=0,237 untuk isothermal langmuer. Sehingga dapat
diketahui bahwa model freundlich adalah model yang sesuai untuk adsorpsi zat
merah tersebut, yang menyatakan bahwa adsorben setiap permukaan yang heterogen
dan tiap molekul mempunyai potensi penyerap yang berbeda-beda.
- Kesimpulan
Pembahasan di
atas dapat diambil kesimpulan bahwa :
1.
Model
yang sesuai untuk adsorpsi zat warna merah oleh karbon aktif adalah model
isoterm freundlich
2.
Kapasitas
adsorpsi isothermal langmuer dan isothermal freundlich adalah sebesar -0,0325
mg/g dan 4,51 x 10-4 mg/g
- Daftar
Pustaka
Attkins. 1997. Kimia Fisika Jilid 2. Jakarta :
Erlangga.
Chan, dkk. 2010.
Adsorption of Basic Dyes By Activated
Carbon From Waste Bambo. http://archivos.Labcontrol.cl/wcce8/offline/techsched/manuscript%5C14iuz8.pdf,
diakses pada tanggal 18 Maret 2013.
Castellan. 1982.
Physical Chemestry Edisi Ketiga.
Addison-Wesley: Publishing Company.
Osick, J. 1983. Adsorpsion. England : Ellis Hardwood
Ltd. Chicester.
Sembiring, dkk.
2003. Isoterm Adsorpsi ion Cr3
+ oleh abu sekam padi varietas IR 64. Skripsi. Jurusan Pendidikan Kimia
FPMIPA Undiksha.
Sukardjo, 1990. Kimia Anorganik. Jakarta : Rineka Cipta.
http://sci-crime.com/2012/10/10/adsorpsi-zat-warna-oleh-karbon-aktif,
diakses tanggal 18 Maret 2013.
No comments:
Post a Comment