LAPORAN
RESMI
PRAKTIKUM
KIMIA DASAR I
SISTEM
PERIODIK UNSUR
(PART I)
I.
Tujuan Percobaan
1. Mengenal
unsur halogen dan halida
2. Mempelajari
kekuatan oksidasi relatif unsur-unsur halogen
3. Mempelajari
keperiodikan sifat logam-logam alkali dan alkali tanah
II.
Dasar Teori
Setiap unsur mempunyai sifat kimia dan
fisika tertentu dan cukup sulit diingat satu persatu. Oleh sebab itu, ada upaya
untuk menggolongkan unsur berdasarkan sifatnya yaitu :
1. TRIADE
DOBEREINER menemukan adanya beberapa kelompok tiga unsur yang memiliki kemiripan
sifat, yang ada hubungannya dengan massa atom. Contoh kelompok-kelompok triade
: Cl, Br dan I, Ca, Sr dan Ba, S, Se dan Te. (Chang, Raymond .2005. 230)
2. HUKUM
OKTAF NEWLANDS apabila unsur disusun berdasarkan kenaikan massa atom, maka
unsur ke-sembilan mempunyai sifat-sifat yang mirip dengan unsur pertama, unsur
kesepuluh mirip dengan unsur kedua dan seterusnya. Karena setelah unsur
kedelapan sifat-sifatnya selalu terulang, maka dinamakan hukum oktaf. Contoh :
Li (nomor atom 3) akan mirip sifatnya dengan Na (nomor atom 11) 3 . 11. (Chang,
Raymond. 2005. 230)
3. SISTEM
PERIODIK MENDELEYEV disusun berdasarkan massa atomnya dengan tidak mengabaikan
sifat-sifat unsurnya. Lahirlah hukum periodik unsur yang menyatakan bahwa
apabila unsur disusun menurut massa atomnya, maka unsur itu akan menunjukkan
sifat-sifat yang berulang secara periodik. Adapun keunggulan sistem periodik
mendelev, antara lain: Ada tempat bagi unsur transisi, terdapat tempat-tempat
kosong yang diramalkan akan diisi dengan unsur yang belum ditemukan pada waktu
itu. Kekurangan sistem periodik ini yaitu adanya empat pasar anomali, yaitu
penyimpangan terhadap hukum perioditas yang disusun berdasarkan kenaikan massa
atomnya. Keempat anomali itu adalah Ar dengan K, Te dengan I, Co dengan Ni dan
Th dengan Pa. (Chang, Raymond. 2005.230)
4. SISTEM
PERIODIK MODERN disusun berdasarkan konfigurasi electron unsur, letak suatu
unsur dalam sistem ini ditentukan oleh orbital yang terisi paling luar atau
akhir unsur yang mempunyai orbital terakhir sama terletak blok yang sama.
Karena terdapat 4 blok unsur yaitu blok s, blok p, blok d, blok f. Semua unsur
blok s dan p disebut golongan utama (A), sedangkan blok d dan f disebut
golongan transisi. Golongan terdiri dari 8 elektron yang berturut-turut disebut
golongan IA sampai dengan VIIIA. (Sukardjo. 1985. 373)
Unsur
golongan VIIIA disebut juga golongan gas mulia, karena tidak dapat bersenyawa
dengan unsur lain dan disebut juga golongan O. Unsur transisi dibagi atas 8
golongan yaitu IIB s/d VIIIB. Letak suatu unsur dalam sistem periodik modern
disusun berdasarkan orbital paling akhir, sehingga unsur-unsur dibagi menjadi
golongan unsur utama yaitu gas mulia, unsur transisi, lantanida dan aktinida.
Unsur utama yaitu golongan IA-VIIA yang memiliki subkulit s atau p dengan bilangan
kuantum belum penuh terisi. (Sukardjo. 1985. 373)
Diantara
golongan unsur utama ada golongan yang mempunyai nama khusus, yaitu:
1. Halogen
(VIIIA)
Halogen adalah unsur kimia non logam yang
jika bereaksi dengan unsur logam akan menghasilkan garam. Beberapa unsur
halogen yang berada pada golongan VIIIA ini terdiri dari flour (F), klor (Cl),
Brom (Br), Yodium (I), Astatin (At) dan unsur-unsur ununseptium (Uus) yang
belum ditemukan sifat-sifatnya (Sukardjo.1985 . 375)
a. Struktur
Halogen
Dalam bentuk unsur terdapat sebagai
molekul diatomic, kestabilannya berkurang dari Cl2 ke I2.
Hal ini berkaitan dengan pertambahan jari-jari atom.
b. Wujud
Halogen
Dalam suhu kamar flour dan klor berupa
gas, bromin berupa zat cair yang mudah menguap dan iodin berupa zat padat yang
mudah menyublim.
c. Warna
dan Bau
Flourin (F) berwarna kuning muda,
bersifat sangat korosif dan berbau pedas, klor (Cl) berwarna kuning
kehijau-hijauan, bromin (Br) berwarna merah dan berbau tidak enak dan dapat
menimbulkan efek iritasi pada mata dan kerongkongan, sedangkan iodin (I2)
padatan mengkilap berwarna hitam kebiruan, dapat menguap pada temperatur biasa
membentuk gas berwarna ungu biru berbau tidak enak (perih).
d. Kereaktifan
Halogen
Afinitas elektron unsur halogen
berkurang dari atas ke bawah, dari klorin ke iodin, dengan pengecualian
afinitas flourin lebih rendah dari klorin. Sama halnya dengan
keelektronegatifan halogen yaitu berkurang dari flourin ke iodin. Diantara
senua ubsur halogen flourin mempunyai keelektronegatifan paling besar.
e. Kelarutan
Kelarutan dalam air berkurang dari
flourin ke iodin. Larutan halogen mempunyai warna sendiri, larutan klorin
berwarna hijau dan larutan bromin berwarna coklat merah serta larutan iodium
berwarna coklat. Halogen lebih mudah larut dalam pelarut nonpolar.
f. Reaksi-Reaksi
Halogen
-
Reaksi dengan logam menghasilkan halida,
dengan biloks tertinggi
-
Reaksi dengan hidrogen membentuk hidrogen
halida
-
Reaksi dengan nonlogam dan metaloid tertentu
menghasilkan trihalida
-
Reaksi dengan hidrokarbon, unsur halogen
akan menghasilkan gantikan hidrogen
-
Reaksi dengan air
-
Reaksi dengan basa membentuk garam halida
dan garam aksi
g. Daya
Oksidasi Halogen
Daya pengoksidasi halogen menurut dari
flourin ke iodin sedangkan daya reduksi ion halida (X-) bertambah
dari flourin ke iodin.
2. Logam
Alkali (golongan IA)
Terdiri dari litium, natrium, rubidium,
sesium dan fransium. Logam alkali merupakan reaktor yang paling kuat. Hampir
semua alkali bersifat ionik dan mudah larut dalam air. Reaksi-reaksi logam
alkali (Keenan. 1980. 151)
-
Reaksi dengan air membentuk basa kuat
dan gas hidrogen
-
Reaksi dengan halogen membentuk garam halida
-
Reaksi dengan hydrogen membentuk hibrida
-
Reaksi dengan oksigen membentuk oksida,
peroksida atau superoksida
3. Logam
Alkali Tanah (golongan IIA)
Terdiri dari berilium, magnesium,
kalsium, strontium, barium dan radium. Kereaktifan logam alkali tanah meningkat
dari berilium ke barium. Oleh karena dari berilium ke barium jari-jari atom
bertambah, maka energi ionisasi serta keelektronegatifannya berkurang (keenan.
1980 : 153)
Reaksi logam alkali diantaranya:
-
Reaksi dengan air
-
Reaksi dengan udara
-
Reaksi dengan halogen, membentuk garam halida
-
Reaksi dengan asam membentuk garam dan
gas hidrogen
-
Reaksi berilium dengan basa menghasilkan
Be(OH)42- dan gas hydrogen
Pada
umumnya polisakarida mempunyai molekul besar dan lebih kompleks dari pada
monosakarida dan oligosakarida. Molekul polisakarida terdiri atas banyak
molekul monosakarida. Polisakarida yang terdiri atas satu macam monosakarida
saja disebut homopolisakarida, sedangkan yang mengandung senyawa lain disebut
heteropolisakarida. Beberapa polisakarida yang enting diantaranya adalah amilum
(pati), glikogen, dekstrin dan selulosa (Fahriadi. 2010. 240)
Polisakarida
umumnya berupa senyawa berwarna putih dan tidak berbentuk Kristal, tidak
memiliki rasa manis dan tidak memiliki sifat mereduksi. Berat molekul
polisakarida bervariasi dari beberapa ribu hingga lebih dari satu juta.
Polisakarida yang dapat larut dalam air akan membentuk larutan koloid. Larutan
koloid yang berasal dari amilum apabila diberi larutan iodin akan berwarna
biru. Amilum terdiri atas dua macam polisakarida yaitu amilosa dan amilopektin,
kedua-duanya merupakan polimer dari glukosa dan akan bereaksi dengan iodin.
Molekul amilosa yang membentuk senyawa akan menghasilkan warna biru dan
amilopektin yang bereaksi dengan iodium akan memberikan warna ungu atau merah
lembanyung (Fahriadi. 2010. 240).
Pati
merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan a-glikosidik. Berbagai
macam pati tidak sama sifatnya, tergantung dari panjang rantai C-nya, serta
lurus atau bercabangkah rantai molekulnya. Pati terdiri dari dua fraksi yang
dapat dipanaskan dengan air panas. Fraksi tersebut amilosa dan fraksi tidak
terlarut disebut amilopektin. Amilosa mempunyai struktur lurus dengan cabang
ikatan a
- (1,4) – D – glukosa sebanyak 4 – 5 % dari berat total (winarno FG. 2004. 210).
Pati
yang bereaksi dengan (I2) akan menghasilkan warna biru. Sifat ini
dapat digunakan untuk menganalisis adanya pati. Hal ini disebabkan oleh
struktur molekul iodin dan terbentuklah warna biru. Bila pati dipanaskan,
spiral merenggang , molekul-molekul ion terlepas sehingga warna biru menghilang. Dari percobaan-percobaan
didapat bahwa pati akan mereflaksikan warna biru bila berupa polimer glukosa
yang lebih besar dari dua puluh, misalnya molekul-molekul amilosa. Bila
polimernya kurang dari dua puluh seperti amilopektin, maka akan dapat
dihasilkan warna merah. Sedang dekstrin dengan polimer 6,7 dan 8 membentuk
warna coklat. Polimer yang lebih kecil dari lima tidak memberikan warna dengan
iodin (Winarno FG. 2004. 215)
III.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu tabung reaksi,
rak tabung reaksi, pinggan penguapan, gelas kimia 500 ml, gelas ukur 10 ml,
pipet tetes, kawat nikron. Kemudian bahan yang digunakan yaitu larutan iod (0,5
gr I2)/ 100 ml etanol), larutan kanji, larutan pekat LiCl, NaCl,
MgCl2, BaCl2, SrCl2, Ca(NO3)2
0,1 M , Ba(NO3)2 0,1M, Sr(NO3)2 0,1
M, (NH4)2 C2O4 0,1M, K2CrO4
0,1M, (NH4)2SO4 0,1M.
IV.
Cara Kerja
Cara kerja reaksi nyala, kawat nikron
dibersihkan dengan cara mencelupkan kedalam larutan HCl pekat, kemudian
dipanaskan kawat itu dalam nyala. Pekerjaan itu diulangi sampai tidak tampak
warna lain dalam nyala (kawat yang bersih, tidak mengubah warna nyala).
Kemudian kawat dicelupkan kedalam larutan LiCl pekat dan diperisa warnanya
dalam nyala. Dengan cara yang sama diperiksa warna nyala NaCl, MgCl2,
SrCl2 dan BaCl2.
Cara kerja kelarutan senyawa logam
alkali tanah,kedalam tiga tabung reaksi dimasukan berturut-turut 1 ml larutan Ca(NO3)2 0,1 M, 1 ml
larutan Sr(NO3)2 0,1 M dan 1 ml Ba(NO3)2
0,1M. Diteteskan dengan pipet larutan (NH4)2 C2O4
0,1M ke dalam masing-masing tabung diatas sampai tepat terbentuk endapan (atau
keruh). Dicatat jumlah tetes yang digunakan sampai terbentuk endapan. Jika
tidak terbentuk endapan sampai penambahan 20 tetes, penetesan dihentikan.
Pekerjaan diatas dilakukan lagi, tetapi diganti larutan ammonium oksalat dengan
larutan (NH4)2SO4 0,1M dan kemudian dengan
larutan K2CrO4 0,1M.
Cara kerja pengenalan halogen, Iod
ditambahkan beberapa tetes larutan kanji ke dalam larutan Iod. Dilakukan
pengamatan warna pada larutan tadi, kemudian dicatat perubahan warna yang
terjadi.
V.
Hasil Pengamatan
1. Reaksi
Nyala
No
|
Senyawa
|
Warna
|
1
|
LiCl
|
Merah karmin
|
2
|
NaCl
|
Orange
|
3
|
MgCl2
|
Putih
|
4
|
SrCl2
|
Merah
|
5
|
BaCl2
|
Kuning kehijauan
|
4Li+(s) + O22-
(g) ® 2Li2O2- (s)
litium peroksida
2Na+(s) + O22-
(g) ® Na2O2- (s)
sodium peroksida
2Mg2+ (s) + O22-
(g) ® 2MgO(s) magnesium oksida
2Sr2+ (s) + O22-
(g) ® 2SrO(s) strontium oksida
2Ba2+(s) + O22-
(g) ® 2BaO(s) barium oksida
2. Kelarutan
senyawa logam alkali tanah
No
|
Senyawa
|
Penetesan
|
Hasil
|
Jumlah tetesan
|
1
|
Ca(NO3)2
|
(NH4)2C2O4
|
Ada endapan
|
8
|
|
|
(NH4)2SO4
|
Tidak ada endapan
|
20
|
|
|
K2CrO4
|
Tidak ada endapan
|
20
|
2
|
Sr(NO3)2
|
(NH4)2C2O4
|
Ada endapan
|
5
|
|
|
(NH4)2SO4
|
Ada endapan
|
18
|
|
|
K2CrO4
|
Tidak ada endapan
|
20
|
3
|
Ba(NO3)2
|
(NH4)2C2O4
|
Ada endapan
|
3
|
|
|
(NH4)2SO4
|
Ada endapan
|
1
|
|
|
K2CrO4
|
Ada endapan
|
1
|
1. Ca(NO3)2
+ (NH4)2C2O4 ®
CaC2O4 + 2NH4NO3
2. Ca(NO3)2
+ (NH4)2SO4 ® CaSO4
+ 2NH4NO3
3. Ca(NO3)2
+ K2CrO4 ® CaCrO4 + 2KNO3
4. Sr(NO3)2
+ (NH4)2C2O4 ®
SrC2O4 + 2NH4NO3
5. Sr(NO3)2
+ (NH4)2SO4 ® SrSO4
+ 2NH4NO3
6. Sr(NO3)2
+ K2CrO4 ® SrCrO4 +
2KNO3
7. Ba(NO3)2
+ (NH4)2C2O4 ®
BaC2O4 + 2NH4NO3
8. Ba(NO3)2
+ (NH4)2SO4 ® BaSO4
+ 2NH4NO3
9. Ba(NO3)2
+ K2CrO4 ® BaCrO4 + 2KNO3
3. Pengenalan
Halogen
Bahan Uji
|
Perlakuan
|
Hasil
|
Iod
|
Ditambah amilum
|
Warna biru
|
VI.
Pembahasan
Dalam percobaan ini ada beberapa tujuan
antara lain mengenai unsur halogen dan ion halida, mempelajari kekuatan
oksidasi relatif unsur-unsur halogen dan mempelajari keperiodikan sifat
logam-logam alkali dan alkali tanah. Dalam percobaan pertama adalah reaksi
nyala pada logam alkali dan alkali tanah, yang ingin mengetahui warna-warna
yang dihasilkan pada setiap senyawa. Mula-mula disiapkan bahan-bahan seperti
larutan HCl sebagai pembersih kawat nikrom dan bahan yang akan direaksikan
yaitu LiCl, NaCl, MgCl2, SrCl2 dan BaCl2, dari
bahan yang akan direaksikan terlebih dahulu kawat nikrom dicelupkan HCl
kemudian dibakar lalu celupkan salah satu bahan yang akan direaksikan misalnya
LiCl, begitu seterusnya sampai satu persatu bahan direaksikan selesai. Setelah
LiCl kemudian NaCl sampai BaCl2. Dari pengamatan bahan-bahan yang
akan direaksikan akan menghasilkan beberapa warna antara lain LiCl menghasilkan
warna merah karmin, NaCl warna orange, MgCl2 warna putih, SrCl2
warna merah, BaCl2 warna kuning kehijauan.
Alasan mengapa timbul warna-warna ini
dikarenakan, misalnya natrium dalam keadaan tidak tereaksitasi memiliki
struktur 1s22s22p6. Jika dipanaskan,
elektron-elektron akan mendapatkan energi dan bias berpindah ke orbital kosong
manapun pada levelyang lebih tinggi, sebagai contoh berpindah ke orbital 7s atau
6p atau 4d atau yang lainya, tergantung berapa energi yang diserapoleh elektron
tertentu dari nyala. Sebagai akibat dari semua perpindahan elektron ini, sebuah
spektrum garis yang berwarna akan dihasilkan, sehingga dapat dilihat berbagai
warna yang muncul. Setiap perpindahan elektron memerlukan sejumlah energi
tertentu untuk menghasilkan warna yang dilihat sebagai cahaya. Kemudian untuk
penggunaan kawat nikrom, mengapa harus terlebih dahulu dicelupkan ke HCl karena
untuk dapat menghilangkan senyawa yang masih tertinggal pada kawat nikrom yang
kemudian dibakar pada spirtus agar senyawa tersebut benar-benar hilang. Adapun
reaksinya:
1. 4Li+
+ O22- ® 2Li2O2-
2. 2Na+
+ O22- ® Na2O2-
3. 2Mg2+
+ O22- ® 2MgCl
4. 2Sr2+
+ O2 ® 2SrO
5. 2Ba2+
+ O2 ® 2BaO
Barium
melebur pada 7100C. Pada Uji kering (pewarna nyala),garam-garam
barium bila dipanaskan pada nyala bunsen yang tidak cemerlang (yakni
kebiru-biruan), memberi warna kuning kehijauan kepada nyala. Karena kebanyakan
garam barium, kecuali kloridanya tidak mudah menguap.
Stronsium
adalah logam putih perak, melebur pada 7710C, senyawa stronsium
mudah menguap sifat-sifatnya serupa dengan barium. Senyawa stronsium mudah
menguap terutama kloridanya, memberi warna merah karmin yang khas pada nyala bunsen
yang tak cemerlang.
Natrium
adalah logam putih perak yang lunak, melebur pada 97,50C. Natrium
teroksidasi cepat dalam udara lembab. Untuk uji kering (pewarna nyala) warna Bunsen
yang tidak cemerlangakan diwarnai orange kuat oleh uap garam natrium.
Litium
ken atrium atau litium ke sesium, daya ikat terhadap oksigen meningkat. Litium
membentuk oksida biasa. Logam alkali dapat terbakar dalam oksigen membentuk
oksida, peroksida atau superoksida.
Magnesium
diudara tidak membentuk oksida, hidroksida atau karbonat. Magnesium juga
bereaksi dengan oksida diudara tetapi lapisan oksida yang terbentuk melekat
kuat padapermukaan logam. Apabila dipanaskan kuat, semua logam alkali tanah
akan terbakar diudara membentuk oksida atau nitride.
Percobaan
kedua adalah kelarutan senyawa logam alkali tanah. Dalam pengujian kelarutan
senyawa logam alkali ini dibutuhkan beberapa bahan diantaranya Ca(NO3)2
0,1 M , Ba(NO3)2 0,1M, Sr(NO3)2 0,1
M, dimana setiap senyawa diruangkan kedalam gelas ukur dan kemudian dituang
kembali ke tabung reaksi berjumlah 3 buah untuk satu gelas ukur berisi satu
senyawa. Dari 3 buah tabung reaksi ditetesi berbeda-beda senyawa yaitu (NH4)2
C2O4 0,1M, K2CrO4 0,1M, (NH4)2SO4
0,1M.
Pada
reaksi pertama Ca(NO3)2 + (NH4)2C2O4
®
CaC2O4 + 2NH4NO3 didapatkan endapan.
Hal ini dikarenakan Ca(NO3)2 dapat bereaksi dengan (NH4)2C2O4, kedua Ca(NO3)2 + (NH4)2SO4
®
CaSO4 + 2NH4NO3 didapatkan tidak terjadi
endapan ini dikarenakan Ca(NO3)2 tidak bereaksi dengan (NH4)2SO4
tetapi walaupun tidak terbentuk endapan, warna larutan agak keruh, ketiga Ca(NO3)2
+ K2CrO4 ®
CaCrO4 + 2KNO3 didapatkan tidak terjadi endapan ini
dikarenakan Ca(NO3)2 tidak bereaksi dengan K2CrO4,
tetapi walau tidak terbentuk endapan, warna larutan agak keruh.
Kemudian
kedua Sr(NO3)2 + (NH4)2C2O4
®
SrC2O4 + 2NH4NO3 didapatkan terjadi
endapan ini dikarenakan Sr(NO3)2 dapat bereaksi dengan (NH4)2C2O4,
lalu Sr(NO3)2 + (NH4)2SO4
®
SrSO4 + 2NH4NO3 didapatkan terjadi endapan ini
dikarenakan Sr(NO3)2 dapat bereaksi dengan (NH4)2SO4,
terakhir Sr(NO3)2 + K2CrO4 ® SrCrO4 +
2KNO3 didapatkan tidak terjadi endapan ini dikarenakan Sr(NO3)2
tidak bereaksi dengan K2CrO4.
Percobaan
ketiga reaksi Ba(NO3)2 + (NH4)2C2O4
®
BaC2O4 + 2NH4NO3 didapatkan endapan
ini dikarenakan Ba(NO3)2 dapat bereaksi dengan baik
dengan (NH4)2C2O4, lalu Ba(NO3)2
+ (NH4)2SO4 ® BaSO4 + 2NH4NO3
didapatkan endapan ini dikarenakan Ba(NO3)2 dapat
bereaksi dengan baik dengan (NH4)2SO4.
Kemudian Ba(NO3)2 + K2CrO4 ® BaCrO4 +
2KNO3 didapatkan endapan ini dikarenakan Ba(NO3)2
dapat bereaksi dengan baik dengan K2CrO4.
Percobaan
ketiga tentang pengenalan halogen dimana disiapkan Iod dan larutan kanji yang
kemudian Iod diteteskan kelarutan kanji. Dari tetesan tersebut larutan kanji
akan berubah warna menjadi biru. Mengapa menggunakan larutan kanji/ amilum
karena amilosa didalam amilumakan bereaksi dengan Iod dan menghasilkan warna
biru. Lalu amilosa juga mempunyai polimer glukosa yang lebih besar dibandingkan
amilopektin dalam amilum. Polimer glukosa dalam amilosa lebih besar dari dua
puluh sehingga dapat menghasilkan warna biru. Sedangkan amilopektin dalam
amilum kurang dari dua puluh sehingga didapat warna merah. Dan juga kandungan
amilum tiap makanan berbeda-beda atau juga dapat disimpulkan perubahan warna
menjadi tidak jelas.
VII.
Kesimpulan
1. Dapat
diketahui bahwa unsur halogen adalah unsur kimia nonlogam yang jika bereaksi
menghasilkan garam, dan dalam penelitian ini penegnalan unsur halogen yang
terjadi setelah penambahan amilum pada unsur halogen (Iod) akan membentuk warna
biru.
Mengetahui Ion halida adalah ion yang
diturunkan dari larutan
2. Logam
alkali bereaksi dengan O2 contoh Li2O2(menghasilkan
litium peroksida) dari 2Li(s) + O2 (g)
®
Li2O2(s)
3. Warna
nyala logam alkali dan alkali tanah yaitu
-
Litium warna nyala merah karmin
-
Natrium warna nyala orange
-
Magnesium warna nyala putih
-
Strontium warna nyala merah
-
Barium warna nyala kuning
VIII. Daftar
Pustaka
Chang, Raymond. 2005. KIMIA DASAR
Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1 .
Jakarta :
Erlangga.
Fahriadi. 2005. Karbohidrat .
Pontianak : PT Akcaya . PERTAMA DAN TERUTAMA
DI KALIMANTAN
BARAT.
Keenan. Dkk. 1984. Kimia Untuk
Universitas. Jakarta : Erlangga.
Sukardjo. 1985. Kimia Anorganik .
Jakarta : Rhineka Cipta.
Winarno, FG. 2004. Kimia Pangan dan Gizi . Jakarta
: PT Gramedia Pustaka Utama.
No comments:
Post a Comment