LAPORAN
RESMI
PRAKTIKUM
KIMIA FISIKA II
KESETIMBANGAN
FASA DUA KOMPONEN
A.
Tujuan Percobaan
1. Menggambarkan
fasa dua komponen cair-cair
2. Menentukan
titik kelarutan kritis pada kesetimbangan fasa dua komponen fasa cair-cair
3. Menentukan
fasa komponen dan derajat kebebasan suatu sistem kesetimbangan fasa dua
komponen fasa cair-cair
B.
Dasar Teori
1. Kelarutan
Istilah kelarutan digunakan untuk
menyatakan jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam jumlah tertentu ke dalam
zat pelarut atau larutan. Kelarutan suatu zat tergantung pada jenis zat
terlarut, ada zat yang mudah larut ada juga yang banyak sedikit larut. Konsentrasidari
larutan jenuh yaitu kelarutan, tergantung pada:
a. Sifat
solvent (pelarut)
Kelarutan yang besar terjadi bila
molekul-molekul solute (zat terlarut) mempunyai keseragaman dalm struktur dan
sifat-sifat kelistrikan dari molekul-molekul solvent. Jika terdapat kesamaan
sari sifat-sifat kelistrikan, misalnya momen dipol yang tinggi, antara
solvent-solvent, maka gaya-gaya Tarik yang terjadi antara solute-solvent adalah
kuat. Sebaliknya, bila tidak ada kesamaan, maka gaya-gaya terik solute-solvent
lemah. Secara umum, padatan ionik mempunyai kelarutan yang lebih tinggi dalam
solvent polar dari pada dalam pelarut non-polar. Juga, jika solvent lebih
polar, maka kelarutan dari padatan-padatan ionik akan lebih besar.
b. Sifat
Solute (zat terlarut)
Penggantian solute berarti pengubahan
interaksi-interaksi solute-solute dan solute-solvent.
c. Suhu
Kelarutan gas dalam air biasanya menurun
jika suhu larutan dinaikkan. Gelembung-gelembung kecil yang dibentuk bila air
dipanaskan adalah kenyataan bahwa udara yang terlarut menjadi kurang larut pada
suhu-suhu yang lebih kecil. Hal yang serupa, tidak ada aturan yang umum untuk
perubahan suhu terhadap kelarutan cairan-cairan dan padatan-padatan (Rahman,
2004).
Daya larut zat padat dalam cairan
tergantung jenis zat terlarut, jenis pelarut, temperatur dan sedikit tekanan.
Batas daya larutnya adalah konsentrasi larutan jenuh. Konsentrasi larutan jenuh
untuk bermacam-macam zat dalam air sangat berbeda, tergantung jenis zatnya.
Umumnya daya larut bertambah dengan naiknya temperature karena kebanyakan zat
mempunyai panas pelarutan positif (Voight, 1994).
Kelarutan timbal balik adalah kelarutan
dari suatu larutan yang bercampur sebagian bila temperaturnya dibawah temperatur
kritis. Jika mencapai temperature kritis, maka larutan tersebut dapat bercampur
sempurnya (homogen) dan jika temperaturnya telah melewati temperatur kritis
maka sistem larutan tersebut akan kembali dalam kondisi bercampur sebagian
lagi. Salah satu contoh dari temperatur timbal balik adalah kelarutan fenol
dalam air yang membentuk kurva parabola yang berdasarkan pada bertambahnya %
fenol dalam setiap perubahan temperatur baik dibawah temperatur kritis maupun
sampai mencapai dan setelah melewati temperatur kritis. Jika temperatur dari dalam
kelarutan fenol aquades dinaikkan diatas 500C, maka komposisi
larutan dari sistem larutan tersebut akan berubah. Kandungan fenol dalam air
untuk lapisan atas akan bertambah lebih dari 11,8% dan kandungan fenol dari
lapisan bawah akan berkurang dari 62,6%. Pada saat suhu kelarutan mencapai 660C
maka komposisi sistem larutan tersebut menjadi seimbang dan keduanya dapat dicampur
dengan sempurna (Voight, 1994).
Zat-zat dengan strukturkimia yang mirip
umumnya dapat saling bercampur dengan baik, sedangkan zat-zat yang struktur
kimianya berbeda umumnya kurang dapat saling bercampur (like dissolves like).
Senyawa yang bersifat polar akan mudah larut dalam pelarut polar, sedangkan
senyawa nonpolar akan mudah larut dalam pelarut nonpolar. Contohnya alcohol dan
air bercampur sempurna (completely miscible), air dan eter bercampur sebagian
(partially miscible), sedangkan minyak dan air tidak bercampur (completely immiscible)
(Sukardjo, 2004).
2. Diagram
Terner
Suatu fase didefinisikan sebagai bagian
sistem yang seragam atau homogen diantara keadaan submakroskopiknya, tetapi
benar-benar terpisah dari bagian sistem yang lain oleh batasan yang jelas dan
baik. Campuran padatan antara dua cairan yang tidak saling bercampur dapt
membentuk fasa terpisah. Selain itu, campuran gas-gas adalah satu fasa karena
sistem yang homogen. Simbol umum untuk jumlah fasa adalah P (Dogra, 2008).
Jumlah komponen dalam suatu sistem
didefinisikan sebagai jumlah minimum dari “variabel bebas pilihan” yang
dibutuhkan untuk menggambarkan komposisi tiap fasa dari suatu sistem (Dogra,
2008).
Temperatur kritis (Tc)adalah batas atas temperatur
yang mana terjadi penyatuan fasa. Temperatur ini terjadi kelarutan kedua
komponen hingga benar-benar bercampur. Temperatur ini ada gerakan termal yang
lebih besar menghasilkan kemampuan campur yang lebih besar pada kedua komponen
(Attkins, 1999).
Beberapa sistem memperlihatkan temperatur
kritis (Tc), dimana dibawah temperatur itu kedua komponen bercampur dalam
segala perbandingan dan diatas temperatur itu kedua komponen membentuk dua
fasa, salah satu contohnya air-trietilamina. Kasus ini pada temperatur rendah
untuk kedua komponen lebih mudah bercampur, karena komponen-komponen itu
membentuk kompleks yang lemah, pada temperatur lebih tinggi kompleks itu
terurai dan kedua komponen kurang dapat bercampur (Attkins, 1999).
Menurut Tim dosen kimia fisik, 2010,
pasangan cairan yang bercampur sebagian dapat dibagi dalam empat tipe:
1. Tipe
I, campuran dengan temperatur kelarutan kritis maksimum, misalnya sistem
air-fenol
2. Tipe
II, campuran dengan temperatur kelarutan kritis minimum, misalnya sistem
air-trimetilamin
3. Tipe
III, campuran dengan temperatur kelarutan kritis maksimum dan minimum, misalnya
sistem air-nikotin
4. Tipe
IV,campuran yang tidak mempunyai temperatur kelarutan kritis
Dua
cairan dikatakan misibel sebagian jika A larut dalam B dalam yang terbatas dan
demikian pula dengan B, larut dalam A dengan jumlah yang terbatas. Bentuk yang
paling umum dari diagram fasa T – X cair – cair pada tekanan tetap, biasanya 1
atm. Diagram ini dapat diperoleh secara ekperimen dengan menambahkan suatu zat
cair ke dalam cairan murni lain pada tekanan tertentu dengan variasi suhu
(Rahman, 2004).
Jika
percobaan dilakukan pada suhu yang lebih tinggi, maka akan diperoleh batas
kelarutan yang berbeda. Semakin tinggi suhu, kelarutan masing-masing komponen
satu sama lain meningkat sehingga daerah dua fasa menyempit. Kurva kelarutan
pada akhirnya bertemu di satu titik pada konsulat atas atau dapat disebut juga
suhu kelarutan kritis, Tc. Diatas Tc cairan saling melarut sempurna dalam
berbagai komposisi. Contoh sistem mengikuti kurva seperti ini adalah sistem
air-fenol dengan Tc = 65,850C (Rahman, 2004).
Aturan
fasa untuk satu sistem pada tekanan tetap adalah f = C – p + 1 untuk sistem dua
komponen, f = 3 – p didaerah dua fasa =1 hanya diperlukan satu variabel saja
untuk menentukan keadaan sistem. Jika variabel yang dipilih adalah suhu, maka
titik potong garis dengan kurva menghasilkan komposisi kedua larutan konjugat,
sama halnya jika variabel yang dipilih adalah komposisi salah satu larutan
konjugat, maka dapat ditentukan suhu dan komposisi larutan konjugat, maka dapat
ditentukan suhu dan komposisi larutan konjugat lainnya. Untuk daerah satu fasa,
f =2, ada dua variabel yang diperlukan untuk menyatakan keadaan sistem. Sehingga
suhu dari kedua komponen larutan hasur dinyatakan dengan jelas (Rahman, 2004).
Hubungan
antar komposisi dari kedua fasa pada kesetimbangan biasanya disajikan dengan
diagram keseimbangan fasa. Metode penyajiannya harus tetap dengan jumlah
variabel yang bersangkutan., Gibbs menampilkannya dalam keadaan setimbang
beserta jumlah variabel yang bersangkutan, berikut hubungan yang relevan:
F=
C + 2 – p
Keterangan
bahwa Fadalah jumlah derajat kebebasan, sedangkan C merupakan jumlah fasa saat
ini. Penyajian grafik dari data akan bergantung dari nilai F dan dapat
diperkirakan plotting akan meningkatkan lebih kompleks sebagaimana membesarnya
nilai F. Tafsiran tampilan dari garis biasanya membatasinya pada nilai F = 2,
itu sebabnya disebut sistem biner (Anonim a, 2009).
Pada
perhitungan-perhitungan yang melibatkan keseimbangan uap cair, sering kali
disebut dalam membuat diagram T-xy, dengan diagram tersebut kita dapat
menentukan temperatur Bobble dan dew pada berbagai komposisi senyawa yang lebih
ringan (more volatile) dari campuran tersebut. Pada diagram T-xy, tekanan
sistem sudah ditentukan terlebih dahulu. Sehingga dengan demikian komposisi dan
temperatur yang akan dihitung (Anonim b ,2010).
Gambar
1. Diagram biner
Kesetimbangan
cair-cair yaitu dua cairan dikatakan misibel sebagian jika A larut dalam jumlah
yang terbatas, dan demikina pula dengan B, larut dalam A dalam jumlah yang
terbatas. Bentuk yang paling umum dari diagram fasa T-X cair-cair pada tekanan
tetap, biasanya 1 atm (seperti gambar 1). Pada gambar 1 dapat diperoleh secara
eksperimen dengan menambahkan suatu zat cair ke dalam cairan murni lain pada
tekanan tertentu dengan variasi suhu (Rahman, 2004).
Cairab
B murni yang secara bertahap ditambahkan sedikit demi sedikit cairan A pada
suhu tetap (T1). Sistem dimulai dari titik C (murni zat B) dan bergerak ke arah
kanan secara horizontal sesuai dengan penambahan zat A. Dari titik C ke titik D
diperoleh satu fasa (artinya A yang ditambahkan larut dalam B). Di titik D
diperoleh kelarutan maksimum cairan A dalam cairan B pada suhu T1. Penambahan A
selanjutnya akan menghasilkan sistem dua fasa (dua lapisan), yaitu lapisan
pertama (L1) larutan jenuh A dalam B dengan komposisi XA,1 dan lapisan kedua
(L2) larutan jenuh B dalam A dengan komposisi XA,2, kedua lapisan ini disebut
sebagai lapisan konjugat (terdapat bersama-sama di daerah antara D dan F).
Komposisi keseluruhan ada diantara titik D dan F. Di titik E komposisi
keseluruhan adalah XA,3, jumlah relatif kedua fasa dalam kesetimbangan
ditentukan dengan aturan lever. Pada titik E lapisan pertama lebih banyak dari
lapisan kedua. Penambahan A selanjutnya akan mengubah komposisi keseluruhan
semakin ke kanan, sementara komposisi kedua lapisan akan tetap XA,1 dan XA,2
(Rahman, 2004).
Perbedaan
yang terjadi akibat penambahan A secara terus menerus terletak pada jumlah relatif
lapisan pertama dan kedua. Semakin ke kanan jumlah relatif lapisan pertama akan
berkurang sedangkan lapisan kedua akan bertambah. Di titik F cairan A yang
ditambahkan cukup untuk melarutkan semua B dalam A membentuk larutan jenuh B
dalam A. Dengan demikian sistem di F menjadi satu fasa. Dari F ke G, penambahan
A hanya merupakan pengenceran larutan B dalam A. Untuk mencapai titik G
diperlukan penambahan jumlah A yang tak terhingga banyaknya atau dengan
melakukan percobaan mulai dari zat A murni yang kemudian ditambah zat B sedikit
demi sedikit sampai dicapai titik F dan seterusnya. Jika percobaan dilakukan
pada suhu tinggi akan diperoleh batas kelarutan yang berbeda. Semakin tinggi
suhu, kelarutan masing-masing komponen satu sama lain meningkat, sehingga
daerah fasa semakin menyempit. Kurva kelarutan yang bertemu di suatu titik pada
suhu konsolut atas atau disebut juga suhu kelarutan kritis (Tc). Titik Tc
campuran akan saling melarut sempurna dalam berbagai komposisi(Rahman, 2004).
C.
Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan dalam percobaan antara lain : gelas piala 500 ml, termometer1500C,
gelas arloji besar, spatula, statif +klem, botol aquades, pipet ukur 5 ml, bola
hisap, tabung reaksi besar, hot plate dan gelas piala 100 ml.
Bahan
yang digunakan antara lain : fenol, NaCl dan aquades.
D.
Cara Kerja
Langkah
pertama adalah pembuatan campuran fenol dan air, pertama fenol ditimbang
sebanyak 2 gram dengan gelas arloji besar. Air sebanyak 1 ml disiapkan ke dalam
tabung reaksi besar untuk dicampur dengan fenol yang telah ditimbang. Larutan
keruh dari campuran di dalam tabung reaksi besar, langsung dimasukan ke dalam
penangas air. Pengukuran suhu ke dalam gelas piala 500 ml dilengkapi dengan thermometer.
Larutan keruh dikocok sampai campuran menjadi bening, kemudian diatat suhu saat
larutan bening. Langkah diatas diulang kembali dengan ditambahkan 2 ml aquades dan
didinginkan sampai larutan keruh. Penambahan aquades yang dilakukan yaitu 1 ml,
3 ml, 5 ml, 7 ml, 9 ml, 11 ml, 13 ml, 15 ml dan 17 ml.
Langkah
kedua adalah pembuatan campuran fenol, NaCl dan air, pertama fenol dan NaCl
masing-masing ditimbang sebanyak 2 gram dengan gelas arloji besar. Air sebanyak
1 ml disiapkan ke dalam tabung reaksi besar untuk dicampur dengan fenol dan
NaCl yang telah ditimbang. Larutan keruh yang dihasilkan campuran di dalam tabung
reaksi besar dimasukan ke dalam penangas air. Pengukuran suhu larutan campuran
yaitu dengan dimasukan thermometer kedalam penangas air. Larutan keruh sesekali
sedikit diaduk dengan digoyangkan sampai larutan menjadi bening, kemudian
dicatat suhu saat larutan bening. Langkah diatas diulang kembali dengan
ditambahkan 2 ml aquades, kemudian didinginkan sampai larutan keruh. Penambahan
aquades yang dilakukan yaitu 1 ml, 3 ml, 5 ml, 7 ml, 9 ml, 11 ml, 13 ml, 15 ml
dan 17 ml.
E.
Hasil Pengamatan
Tabel
1 Campuran fenol dan air
Fenol
|
Air
|
Mol
Total
|
Fraksi
Mol
Fenol
|
Temperatur
Larut (0C)
|
|||
Masa
(g)
|
Mol
|
Volume
(ml)
|
Massa
(g)
|
Mol
|
|||
2
|
0,0212
|
17
|
16,949
|
0,936
|
0,958
|
0,0222
|
-
|
2
|
0,0212
|
15
|
14,955
|
0,826
|
0,847
|
0,0251
|
-
|
2
|
0,0212
|
13
|
12,961
|
0,716
|
0,737
|
0,0288
|
0
|
2
|
0,0212
|
11
|
10,967
|
0,606
|
0,627
|
0,0339
|
26
|
2
|
0,0212
|
9
|
8,973
|
0,496
|
0,517
|
0,0411
|
40
|
2
|
0,0212
|
7
|
6,979
|
0,386
|
0,407
|
0,0522
|
50
|
2
|
0,0212
|
5
|
4,985
|
0,275
|
0,297
|
0,0716
|
62
|
2
|
0,0212
|
3
|
2,991
|
0,165
|
0,186
|
0,1139
|
67
|
2
|
0,0212
|
1
|
0,997
|
0,055
|
0,076
|
0,2782
|
58
|
Tabel
2 Campuran fenol, NaCl dan air
Fenol
|
Air
|
NaCl
|
Mol
Total
|
Fraksi
Mol
Fenol
|
Temperatur
Larut (0C)
|
||||
Masa
(g)
|
Mol
|
Volume
(ml)
|
Massa
(g)
|
Mol
|
Volume
(ml)
|
Mol
|
|||
2
|
0,0212
|
17
|
16,949
|
0,936
|
0,05
|
0,000855
|
0,958
|
0,0222
|
0
|
2
|
0,0212
|
15
|
14,955
|
0,826
|
0,05
|
0,000855
|
0,848
|
0,0250
|
17
|
2
|
0,0212
|
13
|
12,961
|
0,716
|
0,05
|
0,000855
|
0,738
|
0,0288
|
64
|
2
|
0,0212
|
11
|
10,967
|
0,606
|
0,05
|
0,000855
|
0,628
|
0,0338
|
69
|
2
|
0,0212
|
9
|
8,973
|
0,496
|
0,05
|
0,000855
|
0,518
|
0,0410
|
74
|
2
|
0,0212
|
7
|
6,979
|
0,386
|
0,05
|
0,000855
|
0,408
|
0,0521
|
80
|
2
|
0,0212
|
5
|
4,985
|
0,275
|
0,05
|
0,000855
|
0,298
|
0,0714
|
93
|
2
|
0,0212
|
3
|
2,991
|
0,165
|
0,05
|
0,000855
|
0,187
|
0,1133
|
94
|
2
|
0,0212
|
1
|
0,997
|
0,055
|
0,05
|
0,000855
|
0,077
|
0,2751
|
95
|
Gambar
2. Grafik campuran fenol dan air (kurva 1a)
Gambar
3. Grafik campuran fenol, NaCl dan air (kurva 1b)
Gambar
4. Perbandingan gambar 2 dan gambar 3
F.
Pembahasan
Percobaan
ini berjudul kesetimbangan fasa dua komponen dengan tujuan untuk menggambarkan
fasa dua komponen cair-cair, menentukan titik kelarutan kritis pada
kesetimbangan fasa dua komponen fasa cair-cair, terakhir untuk menentukan fasa
komponen dan derajat kebebasan suatu sistem kesetimbangan fasa dua komponenfasa
cair-cair. Kelarutan yang terjadi merupakan kelarutan timbal balik berupa
campuran homogen atau heterogen, yang bergantung pada suhu. Jika suatu zat
dipanaskan mencapai suhu larut (suhu), maka zat tersebut akan menjadi satu fasa
atau dapat dikatakan homogen. Namun, saat zat tersebut didinginkan kembali,
maka zat tersebut akan berubah menjadi dua fasa atau dapat dikatakan heterogen,
sama seperti sebelum pemanasan.
Prinsip
percobaan pada kelarutan sistem biner ini adalah proses pemanasan larutan untuk
mengetahui kelarutan suatu zat pada saat sebelum dan setelah mencapai suhu
larut. Suatu zat akan menjadi dua fasa seperti percampuran air-fenol diperoleh
larutan yang tidak saling bercampur dan terbentuk dua lapisan berupa larutan
keruh, lapisan atas berupa air kemudian lapisan bawah adalah fenol, hal ini
disebabkan oleh massa jenis masing-masing seperti air yang memiliki massa jenis
yang lebih rendah dari pada fenol. Campuran larutan air-fenol yang dipanaskan,
menjadikan campuran tersebut bercampur menjadi satu fasa berupa larutan bening.
Sistem pada fenol-aquades diperoleh hasil bahwa semakin banyak aquades yang
ditambahkan pada setiap tahap pencampuran dengan fenol menjadikan sebab
terjadinya kenaikan suhu larut. Kenaikan suhu ini disebabkan oleh semakin
besarnya tumbukan yang dibutuhkan antara fenol dan aquades, dimana perbandingan
fenol yang masih lebih besar dari pada aquades, yang dapat ditunjukan pada
Tabel 1 yaitu penambahan 1 ml dan 3 ml aquades. Sedangkan penurunan suhu derastis
yang terjadi disebabkan oleh semakin banyak aquades yang bertambah sehingga
kelarutan antara fenol dengan aquades menjadi lebih mudah.
Gambar
2 menunjukkan bahwa suhu berbanding terbalik dengan fraksi mol fenol yang
didapatkan. Suhu yang dimaksud adalah pada saat sistem fenol-aquades membentuk
satu fasa, pada keadaan ini terjadi efek salting in, yakni adanya zat terlarut
tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam pelarut menjadi lebih
besar, seperti perbandingan fenol yang dibuat tetap dan ditambahkan air
berlebih. Sehingga nilai fraksi mol fenol menurun seiring meningkatnya volume
pelarut, sedangkan suhu akan menurun ketika pelarut yang ditambahkan banyak.
Gambar 2 menunjukkan adanya temperatur kritis (terjadi satu fasa), temperatur
ini menjelaskan ke dua komponen benar-benar bercampuran, karena terjadi gerakan
termal dan kemampuan campuran yang lebih besar pada ke dua komponen tersebut.
Pencampuran
fenol, NaCl dan air didapatkan bahwa dengan pertambahan NaCl dalam larutan
fenol membuat kenaikan suhu secara bertahap, sehinggasulit menentukan titik
kritis dari campuran fenol, NaCl dan air. Hal ini dikarenakan ( tidak ada reaksi)
besarnya energy aktivasi yang dibutuhkan antara larutan NaCl dan fenol untuk
dapat saling melarutkan saat mencapai suhu larut. Suhu larut (kritis) adalah
kenaikan suhu tertentu dimana akan diperoleh komposisi larutan yang berbeda
dalam kesetimbangan. Gambar 3 menunjukkan bahwa fraksi mol fenol menurun seiring
bertambahnya larutan aquades, alasannya karena terjadi salting in antara fenol,
NaCl dan pertambahan aquades. Tabel 1 dan 2 menunjukkan bahwa fraksi mol fenol
menurun dengan pertambahan NaCl dibandingkan fraksi mol fenol dengan aquades.
Hal ini dikarenakan salting out, yaitu peristiwa adanya zat terlarut tertentu
yang mempunya kelarutan lebih besar dibandingkan zat utama akan menyebabkan
penurunan kelarutan zat utama atau terbentuk endapan karena adanya reaksi
kimia. Contohnya fenol dengan air terjadi penurunan kelarutan dengan ditambah
NaCl, selain itu fenol tidak melarut sempurna ketika dilarutkan dalam aquades
dan NaCl. Hal ini dikarenakan fenol bersifat nonpolar sedangkan NaCl dan
aquades bersifat polar. Campuran homogen fenol yang menyebabkan fenol tidak
akan membentuk campuran homogen kecuali dengan pemanasan yang ditunjukkan
dengan menurunnya fraksi mol fenol dengan NaCl dan air dari pada fraksi mol
fenol dengan air.
Gambar
4 menunjukkan adanya perbedaan dalam menentukan titik kritis yaitu campuran
fenol dengan air terdapat titik krtisterjadinya satu frasa pada suhu 670C
sedangkan campuran fenol, NaCl dan air belum terdapat titik kritis terjadinya
satu frasa. Hal ini disebabkan oleh pertambahan NaCl yang memperpanjang titik
kritis sehingga tidak terlihat ada gambar 4. Selain itu didapatkan suhu
terendah pada grafik -20C baik pada campuran fenol dengan air maupun
fenol, NaCl dengan air, walaupun pada table 2 dibuat 00C.
Hal
ini disebabkan oleh penggunaan aquades, dimana kandungan aquades sendiri
berpengaruh pada suhu yang diperoleh pada reaksi kimia.
G.
Kesimpulan
Pembahasan
yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa gambar fasa dua komponen
cair-cair dapat digambarkan sebagai fungus T dan X. Titik kritis campuran fenol
dengan air terdapat pada suhu 670C sedangkan campuran fenol, NaCl
dan air belumterdapat titik kritisnya (larut). Campuran fenol dan air maupun
fenol, NaCl dengan air pada awalnya berwarna keruh yang menandakan dua fasa,
sedangkan saat campuran dididihkan terjadi percampuran menjadi satu fasa yang
ditandai dengan titik kritis campuran.
H.
Daftar Pustaka
Dogra.
2008. Kimia Fisika dan Soal-Soal. UI –
Press : Jakarta.
P.W
Attkins. 1991. Kimia Fisika . Erlangga
: Jakarta.
Rahman,
Ijang. 2004. 1991. Kimia Fisika 1 . Jakarta
: JICA.
Sukardjo.
2004. Kimia Fisika . Jakarta : Bineka
Cipta.
Tim
dosen kimia fisik. 2010. Penuntun
Praktikum Kimia Fisik I . FMIPA UNM : Makassar.
Voight,
R. 1994. Teknolohi Farmasi.
Yogyakarta : UGM press.
No comments:
Post a Comment