LAPORAN
RESMI
PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I
REAKSI
NITRASI FENOL DENGAN ANALISA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
Percobaan I
Reaksi Nitrasi Fenol
dan Analisa Produk dengan Kromatografi Lapis Tipis
I. Tujuan Percobaan
a. Memahami reaksi nitrasi fenol
b. Memahmi teknik dasar dan prinsip dasar
dari KLT
II. Dasar Teori
Ester
anorganik (dari) alcohol ialah senyawa yang dihasilkan oleh reaksi antara alcohol
dan asam mineral (seperti HNO3/ H2SO4) atau halide
asam (seperti SOCI2). Untuk memahami bagaimana suatu ester anorganik
(dari) alcohol itu terbentuk, perhatikan [embentukan suatu alkil nitrat (RONO2);
(jangan dikacaukan dengan nitroalkana, RNO2, dalam mana karbon
terikat pada N). Suatu esterifikasi nitrat berlangsung dengan (I) suatu reaksi
Ionisasi dari HNO3 yang menghasilkan ion nitronium (+NO2),
diikuti (2) serangan pada +NO2 oleh oksigen alkoalcoholaksi
kedua ini adalah khas reaksi asam-asam lewis. Hilangnya proton dari dalam zat
antara adisi (intermediet adduct) menghasilkan ester nitrat.
(Fessenden, 1982;281)
Kromatografi adalah
prinsip pemisahan campuran senyawa atas komponen-komponen berdasarkan perbedaan
kecepatan migrasi masing-masing komponen diantara 2 fasa yaitu fasa diam dan fasa
gerak. Perbedaan kecepatan berpindah tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan
kemampuan masing-masing komponen untuk diserap (adsorpsi) atau perbedaan
distribusi diantara dua fase yang saling bercampur (partisi). Pemisahan suatu
campuran secara kromatografi dapat dilakukan dengan mengikuti beberapa teknik
kromatografi yaitu kromatografi kolom, kromatografi kertas, kromatografi lapis
tipis (TLC). Kedua teknik terakhir dapat dianggap sebagai teknik terbuka
kromatografi kolom(Tim Dosen Kimia Organik, 2010;39)
Gugus pada fenol (OH)
mengaktifkan cincin benzene.Oleh karena itu, pada nitrasi fenol dengan asam
nitrat pekat, dihasilkan campuran dari O – nitrofenol sebagai hasil utama, P –
nitrofenol dalam jumlahyang lebih sedikit dan sedikit 2,4 dinitrofenol serta
2,4,6 trinitrofenol. Bila campuran hasil nitrat yang masih kotor ini dimasukkan
ke dalam kolom yang dikumpulkan, dimana masing-masing fraksi mengandung satu
komponen yang identitasnya ditentukan dengan kromatografi lapis tipis (Tim Dosen
Kimia Ornganik, 2010;49).
Kromatografi lapis
tipis (KLT) dan kromatografi kertas (KKT) adalah metode KLT yang paling
sederhana melibatkan dua fase yaitu: fase diam/ sifat lapisan, dan sifat gerak
atau campuran pelarut pengembang. Fase diam dapat berupa serbuk halus yang
berfungsi sebagai permukaan penyerap (kromatograsi cair – padat) atau berfungsi
sebagai penyangga untuk lapisan zat cair (kromatografi cair – cair). (Fase diam
pada KLT sering disebut penjera, walupun berfungsi sebagai penyangga untuk zat
cair di dalam system kromatografi cair – cair). Hampir kegiatan serbuk dapat
dan telah dipakai sebagai penjera pada KLT, tetapi akan dibatasi pembahasan
pada empat penjerap yang paling umum dipakai yaitu silica gel (asam silikat),
alumina (alumunium oksida), kiselgur (tanah diatome) dan selulosa (Gritter,
1991:107 – 109).
Metode ekstraksi
cair-cair distribusi senyawa diantara dua fase zat cair yang berada dalam
keadaan setimbang. Kesetimbangan partisi bergantung pada kelarutan senyawa pada
masing – masing fasa. Perbandingan konsentrasi kedua fasa tersebut disebut
koefisien distribusi (K), yaitu K=Ca/Cb. Perpindahan senyawa terlarut dari satu
fasa ke fasa yang lainnya akhirnya mencapai keadaan setimbang pada jumlah
senyawa yang terpatisi. Ekstraksi cair – cair (corong pisah) merupakan
pemisahan komponen kimia diantara dua fase pelarut yang tidak dapat saling
bercampur dimana sebagian komponen larut dalam fase pertama dan sebagian lagi
larut pada fase kedua, komponen yang terpisah sesuai dengan tingkat
kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi tetap (Tim Penyusun Pemisahan
Kimia 2010).
III. Alat dan Bahan
C.1
Alat
Alat yang digunakan yaitu Erlenmeyer
500ml, stoples, Erlenmeyer 125 ml, pengaduk gelas, magnetic stirrer, thermometer,gelas
ukur 10 ml, gelas bekas 150 ml, Chamber, lampu UV, gelas ukur 5 ml, corong
pisah 100 ml, plat KLT, statif + ring, spatula, gelas beker 250 ml, pinset,
kertas saring kotak, bola hisap, corong gelas kecil, lempeng tipis silica gel,
hot plate dan botol aquades.
C.2
Bahan
Bahan yang digunakan yaitu Asam nitrat
pekat, metilen klorida, Na2SO4 anhidrat, fenol, dan
aquades.
IV. Cara Kerja
D.1 Nitrasi Phenol
Larutan
3 ml asam nitrat pekat diambil dan ditambahkan kedalam 7 ml air yang dimasukkan
ke dalam Erlenmeyer kemudian campuran tersebut ditambahkan 3 gram fenol. Sambil
diaduk, diatur suhunya antara 20 – 250C selama 15 menit, kemudian
diatur kembali suhu campurannya antara 30 – 350C selama 15 menit.
Dilakukan pengadukan dan pengaturan suhu di dalam lemari asam. Kemudian
disiapkan 7 ml air es yang akan ditambahkan kedalam campuran. Campuran yang
telah selesai diaduk dan diatur suhunya dimasukkan kedalamnya 7 ml air es dan
dipindahkan kecorong pisah. Kemudian ditambahkan 10 ml metilen klorida. Cororng
pisah yang berisi campuran dikocok lalu diberikan perlakuan membuka tutup
lubang pada saat dikocok. Setelah itu diletakkan di statif + ring yang telah
dipasang. Diambil bagian bawah berisi larutan Metilen klorida lalu bagian
berair yang terdapat fenol diekstrak kembali dengan Metilen klorida. Setelah
melalui prose pengekstrakkan Larutan Metilen klorida ditambahkan Na2SO4
anhidrat. Kemudian larutan diuapkan diatas penangas.
D.2 Analisa Produk Reaksi dengan Kromatografi
Lapis Tipis
Lempeng
tipis silica gel diberikan garis 0,5 cm horizontal dari atas bawah. Kemudian
pipet tetes kecil yang disiapkan digunakan untuk pengambilan larutan. Larutan
yang diambil diteteskan di garis horizontal dua tetes kecil. Kemudian Chamber diisi dengan gelas beker
berisi benzene. Dimana dalam gelas beker diletakkan kertas saring. Setelah benzene
benar-benar jenuh, diletakkan lempeng silika gel didalamnya yang letak garis
horizontal diletakkan dibawah pelarut benzena. Diambil data ukuran panjang
pelarutdan larutan analitnya. Setelah lempeng silikan gel ditunggu beberapa
menit didalam Chamber, yang kemudian diambil dan diukur.
V. Data Pengamatan
Panjang pelarut : 6,5
Panjang analit : 0,5
Rf = 0,5/6,5 =0,07 è
trinitrofenol
VI. Pembahasan
Percobaan kali ini yang
berjudul reaksi nitrasi fenol dan analisa produk dan kromatografi lapis tipis,
akan membahas tujuan dari percobaan yang telah dilakukan yaitu memahami reaksi
nitrasi fenol dan memahami teknik dasar dan prinsip dasar dari KLT. Langkah
pertama percobaan ini yaitu mencampurkan HNO3 pekat dengan air, yang
dimaksudkan untuk mendapatkan NO2+, yang kemudian larutan
didinginkan dengan suhu 50C, tujuannya agar NO2+
yang dihasilkan tidak rusak karena bila dibiarkan reaksinya akan terus
berlanjut dan tidak mendapatkan NO2+. Pada saatsuuh 50C,
larutan bening, tetapi setelah ditambahkan fenol padat dan berwarna putih,
didapatkan lartan berwarna coklat. Kemudian suhu diatur 2 kali yaitu 20 – 250C
dan 30 – 350C masing-masing selama 15 menit. Tujuan dari pengaturan
suhu ini adalah untuk memperoleh nitrasi fenol.
Campuran kemudian
dimasukkan kedalam corong pisahyang ditambahkan air dan metilen klorida, lalu
diekstrak hingga terbentuk 2 lapisan, yaitu lapisan fenol bagian atas dan
lapisan metilen klorida bagian bawah. Terbentuknya dua lapisan ini disebabkan
oleh perbedaan massa jenis dari fenol dan metilen klorida. Bagian bawah lapisan
metilen klorida diambil sedangkan lapisan atas fenol diekstrak kembali dengan
metilen klorida. Larutan metilen klorida telah diambil semua, dimana lapisan
ini berwarna coklat. Kemudian larutan coklat ini ditambahkan Na2SO4
anhidrat untuk mengikat air yang masih ada dalam larutan yang menghasilkan
larutan berwarna cokelat muda. Kemudian diuapkan diatas penangas
untukmemperoleh nitrasi fenol.
Produk yang dihasilkan
dianalisis dengan KLT, dimana sebuah garis menggunakan bolpen digambar dekat
bagian bawah lempeng dan setetes pelarut dari campuran berwarna ditempatkan
pada garis itu. Diberikan penanda pada garis dilempengan untuk menunjukkan
posisi awal dari tetesan. Ketika bercak dari campuran itu mengering, lempengan
ditempatkan dalam sebuah gelas kimia, bertutup berisi pelarut benzene dalam
jumlah yang tidak terlalu banyak. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada
dibawah garis dimana posisi bercak berada. Umumnya senyawa non polar yang
digunakan sebagai pelarut memiliki berat molekul yang lebih kecil sehingga
cepat menghasilkan fase diamnya.
Alasan dilakukkan
penutupan gelas adalah untuk menyakinkan bahwa kondisi dalam gelas kimia,
terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam gelas
kimia biasanya, ditempatkan beberapa kertas saring yang terbasahi oleh pelarut,
kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap mencegah penguapam pelarut.
Diberikan 2 tetes pada lempeng silica gel, tujuannya untuk memastikan bahwa perubahan
warna dan panjang yang dihasilkan sama, jika diulang berkali-kali.
Untuk menghitung Rf
diukur panjang analit : 0,5 cm, yang menghasilkan warna merah pudar dari
lempeng silica gel dan diukur panjang pelarutnya sebesar 6,5cm. Didapatkan
nilai Rf yaitu 0,07 yang
mendekati 2,4,6 trinitrofenol. Adapun reaksi pembentukan 2,4,6 trinitrofenol
Ketetapan nilai Rf
2,4,6 trinitrofenol adalah 0,05. Dari nilai yang didapatkan diatas tidak sesuai
dengan nilai ketetapan. Ini karenakan oleh faktor suhu, komposisi pelarut dan
sebagainya. Nilai tersebut akan berubah.
VII. Kesimpulan
Pembahasan diatas dapat
disimpulkan bahwa pengujian kromatografi lapis tipis dihasilkan campuran yang
terdiri dari 2,4,6 – trinitrofenol, teknik dasar kromatografi adalah prinsip
pemisahan campuran senyawa atas komponen – komponen berdasarkan perbedaan kecepatan
perpindahan masing-masing komponen diantara dua
fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Prinsip dasar KLT adalah dari satu fraksi diperoleh warna
merah pudar.
Yogyakarta,
16 Oktober 2012
Asisten Praktikan
_____________ Anita Sari
IVIII
Daftar Pustaka
Fessenden & Fessenden. 1982. Fessenden
& Fessenden Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta :
Erlangga.
Gritter, J, Roy. 1991. Pengantar
kromatografi Edisi Kedua. Bandung : ITB
Tim Penyusun Pemisahan Kimia. 2010. www.scribd.com/doc/58630090/ekstraksicair-cair
diakses tanggal 15
oktober 2012.
Percobaan I
Reaksi Nitrasi Fenol
dan Analisa Produk dengan Kromatografi Lapis Tipis
Tanggal : 9 Desember 2012
Nama : Anita Sari
Nim : 11630011
I.
Tujuan Percobaan
1.
Memahami reaksi nitrasi fenol
2.
Memahami teknik dasar dan prinsip dasar
dari KLT
II. Alat dan Bahan
Alat
1.
Termometer 0 – 1100C
2.
Erlenmeyer 50 ml
3.
Perangkat TLC
4.
Erlenmeyer 100 ml
Bahan
1.
Asam Nitrat pekat
2.
Metilen klorida
3.
Na2SO4 anhidrat
4.
Fenol
III. Cara
Kerja
IV. Data
Pengamatan
Panjang pelarut : 6,5
Panjang analit : 0,5
Rf = 0,5/6,5 =0,07 è trinitrofenol
Yogyakarta, 9 Oktober
2012
Asisten Praktikan
_____________ Anita Sari
1. MSDS
Asam Nitrat
Sifat larutan dan kimia
: bentuk fisik dan penampilan : cairan, bau : menyengat, rasa : tak berasa,
berat molekul : tidak ada, warna : tidak berwarna sampai kuning cerah, PH (1%
larutan dalam air) : asam, titik didih : 1210C / 249, 80F,
titik leleh : -41,60C /-42,90F, titik kritis : tak teridentifikasi,
berat jenis : 1,408 (air =1), tekanan uap : 6 kpa (200C), massa
jenis uap : 2,5 (air =1), volatilitas : tak teridentifikasi, sifat disperse :
larut dalam air, dietil eter, kelarutan : mudah larut dalam air dingin, air
hangat, dietil eter.
Identifikasi Bahaya
a.
Potensi Efek Kesehatan Akut
Sangat
berbahaya jika terkontak dengan kulit (korosif, iritatif), kontak dengan mata (korosif,
iritatif), gangguan pencernaan dan gangguan pernapasan. Bentuk cairan spray bias
menyebabkan iritasi mata.
b.
Potensi Efek Kesehatan Kronis
Efek
karsinogenik tidak ada, efek mutagen tidak ada, efek teratogenik tidak ada.
Senyawa ini sangat meracuni paru-paru, membrane mukosa, sistem pernapasan
bagian atas, kulit, mata dan gigi. Jika terlalu lama dan berulang-ulang kena,
maka dapat menyebabkan keusakan organ tubuh. Jika terlalu lama mengalami kontak
dengan uap, dapat menimbulkan iritasi mata kronis dan menyebabkan iritasi
kulit. Jika terlalu lama / berulang-ulang terkena uap, dapat menyebabkan
infeksi pernapasan.
Pertolongan Pertama
a. Kontak
mata : bilas dengan air selama 15 menit. Cari bantuan medis.
b. Kontak
kulit : bilas dengan banyak air selama 15 menitdan baju dicuci dari
kontaminasi.
c. Kontak
serius : Usapkan kulit yang terkontaminasi dengan krim anti bakteri.
d. Penghirupan
: Diamankan ditempat udara segar.
e. Pencernaan : Jangan memaksa muntah. Tidak dianjurkan
memberi apapun pada orang yang tidak sadarkan diri.
2. MSDS
Metilen Klorida
Sifat larutan dan kimia
: penampilan : cairan bening, tidak berwarna, bau : seperti bau kloroform, kelarut
: 1,32 gm / 100 gm air @ 200C, PH : tidak ada, titik didih : 39,80C
(1040F), titik leleh : -970C (1430F), tekanan
: 350@200C (68F).
Identifikasi
Bahaya
Berbahaya jika tertelan
atau terkena kulit. Mempengaruhi syaraf tengah, hati, sistem kardiovaskular dan
darah. Penyebab iritasi kulit untuk mata dan saluran pernapasan. Diduga bahaya
kanker, resiko kanker tergantung pada tingkat dan durasi paparan.
Potensi Efek Kesehatan
1. Penghirupan : memiliki efek narkotikan
kuat dengan gejala pusing, kebingungan mental, kelelahan, mual dan muntah,
sakit kepala. Mempengaruhi sistem kardiovaskuler dan sistem syaraf pusat.
2.
Tertelan : Iritasi dengan muntah, muntah
hasil aspirasi, pneumonia kimia mengikuti.
3.
Kontak kulit : kemerahan, iritasi dan
nyeri seperti luka bakar.
4.
Kontak mata : iritasi, kerusakan nyeri,
peradangan dan temporal mata.
5. Kejengkelan pra ada kondisi : gangguan
kulit, masalah mata, hati, gangguan ginjal, pernapasan / fungsi kardiovaskuler
rentan efek zat lain.
3. MSDS
Natrium Sulfat Anhidrat
Sifat larutan dan kimia
: penampilan : padat (kristal bubuk), bau : berbau, rasa : bitter, saline,
warna : putih, molekul berat : 142,06 g/mol, titik didih : 11000C,
titik leleh : 8880C, kelarutan : larut dalam air, hidrogen florida,
dan gliserol, larut alcohol.
Identifikasi bahaya
a.
Potensi Efek Kesehatan Akut
Berbahaya
dalam kasus kontak mata (iritasi). Sedikit berbahaya dalam kasus kontak kulit
(iritan), menelan, inhalasi.
b.
Potensi Efek Kesehatan Kronis
Efek
karsinogenik tidak ada, efek mutagenik tidak ada, efek teratogenik tidak ada,
keracunan tidak ada, paparan berulang atau berkepanjangan tidak diketahui
memperburuk kondisi medis.
Tindakan
Pertolongan Pertama
a. Mata
: lepas lensa kontak. Bilas dengan banyak air selama 15 menit, dapatkan
perawatan medis.
b. Kontak
kulit : cuci dengan sabun. Tutupi kulit teriritasi dengan melunakkan, air
dingin dapat digunakan.
c. Penghirupan
: Evakuasi daerah bebas. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan, jika
sulit bernapas, berikan oksigen. Dapatkan bantuan medis.
d. Tertelan
: Jangan memaksa muntah jika tidak diarahkan bantuan medis. Dilarang memberikan
apapun pada orang yang tidak sadarkan diri. Longgarkan pakaian yang ketat.
4. MSDS
Fenol
Sifat larutan dan kimia
: penampilan : padat, bau : berbeda, aromatic, agak memuakkan manis dan tajam,
rasa : membakar, molekul berat : 94,11 g/mol, warna: tak berwarna terhadap
cahaya merah muda, titik didih : 1820C, titik leleh : 420C,
kelarutan : larut dalam air, methanol, asetan dietil eter.
Identifikasi bahaya
a.
Potensi Efek Kesehatan Akut
Sangat
berbahaya dalam kasus kontak kulit (korosif, iritasi), kontak mata (iritan),
menelan, inhalasi. Berbahaya dalam kasus kontak kulit (sensitizer, permeator).
Jumlah kerusakan jaringan tergantung pada panjang kontak. Kontak mata dapat
mengakibatkan peradangan dan terik. Menghirup debu akan menghasilkan kerusakan
paru-paru, tersedak, pingsan/ kematian. Radang mata ditandai dengan kemerahan,
pengairan dan gatal. Peradangan kulit yang ditandai dengan gatal, memerah
skala, atau kadang-kadang terik.
b.
Potensi Efek Kesehatan Kronis
Karsinogenik
tidak ada, efek mutagenik pada hewan mamalia, teratogenik tidak ada. Toksisitas
tidak ada. Bahan dapat menjadi racun bagi ginjal, hati, sentral sistem syaraf
(SSF). Paparan berulang atau berkepanjangan untuk subtansi dapat menyebabkan
kerusakan target organ.Ulang eksposur untuk mata tingkat rendah debu dapat
menghasilkan iritasi mata. Paparan berulang pada kulit lokal menghasilkan kulit
lokal hancur, atau dermatitis. Inhalasi berulang debu dapat menghasilkan
kerusakan umum kesehatan dengan akumulasi dalam satu atau banyak organ manusia.
Tindakan
Pertolongan Pertama
a.
Mata : lepas lensa mata. Bilas dengan
banyak air sebanyak 15 menit.
b.
Kulit : bahasi dengan banyak air, selama
15 menit.
c. Penghirupan : Evakuasi dari daerah
terkontaminasi, jika tidak bernapas beri napas buatan. Jika sulit bernapas,
beri oksigen.
d. Tertelan : Jangan memaksa muntah jika
tidak diarahkan oleh medis. Jangan memberikan apapun pada orang yang tidak
sadarkan diri. Longgarkan pakaian yang ketat.
No comments:
Post a Comment