Imam Al Junaid Bin Muhammad dari Bagdad.
Taubat memiliki tiga arti, pertama menyesal, sesal atas dosa-dosa itu dan menangis karenanya. Kedua, tidak mengulangi perbuatan yang tercela itu, dan ketiga ialah bertekad memberantas kezaliman.
Membersihkan kezaliman sebagai bukti bahwa tidak suka dengan perkara ini, atau ia melakukan amal shaleh dengan memberantas kezaliman tersebut. Orang bisa saja menyatakan taubat dan istigfar di mulut tapi kalau sikap dan langkah tetap menyayangi kenistaan, menurutnya belum dikatakan taubat. Karena taubat itu sendiri artinya tidak mengulangi perbuatan kemarin, kata orang jawa "Nggak mencla-mencle" tidak bisa dipercaya, besuk berdosa sekarang taubat, selesai taubat kemudian melakukan maksiat dan bertaubat lagi, begitu seterusnya. Ini namanya tidak taubat tapi kelakuan ini justru menghina Allah. Kepada orang saja kalau mengatakan sekarang tidak, kemudian besuk ia, sekarang tidak dan besuk mau lagi, adalah sama seperti menghina orang dihadapannya. Sudah barang tentu orang itu tidak bisa dipercaya karena mulutnya. Begitu juga, Allah tidak percaya akan mulutnya yang terlalu tipis menyebut taubat dan terlalu senang terhadap dosa. Tapi sejauh itu Allah adalah Dzat yang Maha Pemurah dan Maha Penyanyang.
Abu Al' Qasim Qusyari.
"Taubat salah satu sifat milik orang-orang yang beriman".
Iman ialah keyakinan yang disimpulkan dalam hati. Iman mendorong seseorang untuk berbuat lebih banyak, sebab iman merupakan akar yang menghidupkan dan menguatkan pohon, sedangkan pohon namanya islam. Pohon itu akan subur bila disiram dengan ihsan. Ihsan adalah menghadapkan diri kepada Allah seakan-akan melihat Allah, artinya merasakan kelezatan beribadah kepada Allah. Dan untuk membuka agar beribadah semakin lezat maka pintu pertama yang harus dilewati ialah bertaubat, sebab taubat ialah kunci pertama keberhasilan seseorang dalam menghambakan diri kepada Allah.
Orang bertaubat berarti imannya semakin tebal. Imannya tidak hanya dalam kata yang sering diperbuat oleh kebanyakan orang. Imannya sudah merasuk sampai ke ujung tanah yang paling mendasar. Tidak akan bisa badai menggoyahkan sebab semakin dalam semakim kuat jepitan-jepitan tanah. Jepitan-jepitan dosa lalu menguatkan dia berdiri diatas hakekat islam. Orang-orang sejenis inilah kebanyakan berhasil menjujur hatinya dengan tenang, daripada orang tanpa pengalaman pahit dan buru-buru bersahaja menyatakan orang-orang baik.
Lebih berhasil menyingkirkan sifat-sifat sombong, takabur, hasud, dengki atau membanting orang-orang maksiat, sebab mereka memiliki pengalaman tentang yang dilihatnya sekarang pada dirinya sendiri. Kalau berdzikir ia lebih 100% sebab masa lalu membayangi untuk lebih berbuat baik. Dialah orang-orang yang menang da yang lebih kuat imannya.
"Taubat salah satu sifat milik orang-orang yang beriman".
Iman ialah keyakinan yang disimpulkan dalam hati. Iman mendorong seseorang untuk berbuat lebih banyak, sebab iman merupakan akar yang menghidupkan dan menguatkan pohon, sedangkan pohon namanya islam. Pohon itu akan subur bila disiram dengan ihsan. Ihsan adalah menghadapkan diri kepada Allah seakan-akan melihat Allah, artinya merasakan kelezatan beribadah kepada Allah. Dan untuk membuka agar beribadah semakin lezat maka pintu pertama yang harus dilewati ialah bertaubat, sebab taubat ialah kunci pertama keberhasilan seseorang dalam menghambakan diri kepada Allah.
Orang bertaubat berarti imannya semakin tebal. Imannya tidak hanya dalam kata yang sering diperbuat oleh kebanyakan orang. Imannya sudah merasuk sampai ke ujung tanah yang paling mendasar. Tidak akan bisa badai menggoyahkan sebab semakin dalam semakim kuat jepitan-jepitan tanah. Jepitan-jepitan dosa lalu menguatkan dia berdiri diatas hakekat islam. Orang-orang sejenis inilah kebanyakan berhasil menjujur hatinya dengan tenang, daripada orang tanpa pengalaman pahit dan buru-buru bersahaja menyatakan orang-orang baik.
Lebih berhasil menyingkirkan sifat-sifat sombong, takabur, hasud, dengki atau membanting orang-orang maksiat, sebab mereka memiliki pengalaman tentang yang dilihatnya sekarang pada dirinya sendiri. Kalau berdzikir ia lebih 100% sebab masa lalu membayangi untuk lebih berbuat baik. Dialah orang-orang yang menang da yang lebih kuat imannya.
Umar Bin Khatab.
Duduklah kalian bersama orang-orang yang bertaubat, sebab mereka memiliki hati yang tulus.
Orang yang beramal saleh dan nyatanya belum pernah menuaikan taubat, yang ditunaikan hanya bertandan ke masjid dan mushallah-mushallah dengan mencangking tasbih serta sorban sebagai realis alimnya, hal ini belum tentu memiliki hati halus. Kadang kala iblis memyelundup dan mengatakan. "Hai orang alim, engkau paling alim dari si Anu, engkau lebih tekun dari si Anu, karena engkau ahli tahajud dan si Anu tidak. Engkau betul-betul orang alim se dunia".
Dengan pujian iblis seperti ini, keluar sifat sombongnya, maka di hadapan Tuhan tidak lebih dari golongan orang-orang rugi. Tanda bahwa dia belum punya kehalusan yang sesungguhnya, belum memiliki kehalusan budi, hanya saja semua RT tidak melihat kalau dia menyimpan perasaan sombong karena ibadahnya.
Sebaliknya orang bertaubat sudah melewati pengalaman seperti ini. Andaikan iblis datang dan mengatakan seperti diatas, orang bertaubat itu jelas berkata, "Aku orang yang bergelimang dosa, aku orang yang hina dari si Anu, jadi tidaklah taubatku ini mampu melebur semua kenistaanku. Perurusan ini bukan urusanku, Iblis! Tapi urusan Tuhan". Tapi sebagai hamba yang menyesali semua dosa-dosanya, tiap-tiap waktu melantunkan syair-syair penyesalan dengan dzikrullah. Dia mengharap kepada Allah dan takut kepada Allah, kalau dosa-dosa dan kenangan masa lalu tidak terleburkan. Sehingga secara tidak langsung dia menggosok-gosok hatinya agar lebih mengkilat, dipukul pukul karat dalam hatinya, kemudian diperhalus, dan tanpa menyadari memiliki cermin hati yang bisa memandang dirinya sendiri dan memandang Allah ketika beribadah. Pad tingkat ini dia tergolong orang yang merasakan lezatnya beribadah.
Maka duduklah bersama orang-orang seperti ini, sebab mereka memiliki hati yang halus.
Abdullah bin Umar bin Khatab.
Barang siapa yang teringat oleh kesalahannya yang tidak diperbuat dan hatinya takut akan kesalahan itu, maka kesalahannya dihapus pada Luh Mahfudh.
Al kisah pada zaman Rasulullah, seorang yang ingat kesalahannya sampai ketika itu juga ia meninggal dunia. Dia dari Habsyi, ia menanyakan tentang kekejiannya kepada Rasulullah.
"Ya Rasul, sesungguh aku tengah melakukan perbuatan keji, apakah masih ada kesempatan taubatku untukku?"
Rasulullah menjawab, "Ya, ada"
Kemudian orang itu keluar dari hadapan Rasulullah, sejenak kemudian dia kembali lagi kehadapan Rasulullah sambil bertanya.
"Ya Rasul, Apakah Allah melihat aku melakukan perbuatan keji itu!"
Rasulullah menjawab, "Ya, melihatnya."
Dengan semerta-merta orang tersebut memekik keras karena terlalu takutnya, namun dengan pekikan keras itu nyawanya juga keluar dari tubuhnya. Ialah bermula dari takut kepada Allah akan kekejian yang diperbuat. Demikian ini contoh orang yang memiliki kehalusan hati, terlalu halusnya sampai terputus ketika ingat kesalahannya.
Abdurrahman bin Abu Qasim
Kami berbincang-bincang dengan Abdurrahim tentang taubatnya orang kafir. Bagaimana taubat mereka, diterima atau tidak, padahal mereka kafir dan menyekutukan Allah!
Perbincangan itu menjadi sebab turunya ayat dibawah ini.
"Jika mereka berhenti dari kekafirannya, maka diampuni dosa yang telah lalu." ( S. Al Anfal :38 )
Kemudian Abdurrahman menjawab, "sesungguhnya aku mengharap kepada orang muslim di sisi Allah lebih baik keadaannya, dan telah sampai kepadaku, bahwa taubatnya orang islam seperti islam sesudah islam".
Islam sejaman dengan Nabi saw, kebanyakan berasal dari kafir karena rakyat pada waktu itu semua kafir. Tapi karena mereka menyudahi kekafirannya, sudah mengakui adanya Allah dan mengakui bahwa Nabi Muhammad yang mereka lihat adalah utusan Allah, maka dosa-dosa yang telah lalu diampuni. Umar bin khatab sebelum islam pernah mengubur bayi putrinya sendiri dalam keadaan hidup-hidup, karena dianggap zaman itu bayi perempuan membawa sial. Umar kalau mengingat peristiwa itu tiba-tiba meneteskan air mata, betapa bodohnya aku pada waktu itu, ialah saat sebelum dimasuki islam.
Sampai mati tidak mau bertaubat dan tetap mempertahankan kekafiran, kemusyrikan atau kemunafikan, sikap ini tidak mungkin menyelamatkan kelak di akherat. Orang munafik saja (orang islam mulutnya karena yang sesungguhnya ia memusuhi islam) kalau tidak bertaubat pun tidak diampuni, justru pendirian ini lebih parah dibandingkan yang asli kafir, misal tokoh munafik Abdullah bin Ubay zaman Rasulullah.
No comments:
Post a Comment